Indonesian x Malaysian
Tibalah dipenghujung tahun ini, banyak hal terjadi. Banyak perasaan
dikorbankan, banyak harapan diperjuangkan, banyak pengalaman layak untuk
diceritakan. Kita bukan lah pembuat skenario atau cerita-cerita ini. Kita
hanyalah tokoh yang memainkan peran masing-masing menurut apa yang diarahkan
oreh sutradara terbaik dari yang terbaik, yaitu Allah. Protagonis, antagonis,
melankolis, dramatis, dan berbagai unsur-unsur cerita lainnya turut mewarnasi
cerita. Seperti cerita yang begitu saja tak terasa larut dalam waktu.
“Sudah disiapkan passport-nya Qif?”
“Aman bar.”
Nanti kita berangkat bareng ke Bandara Juanda jam 03.00 WIB, biar
gak telat keberangkatan pesawatnya.”
“Okesiap.”
Segala barang perlengkapan tengah disiapkan. Kantuk tiada lengah
untuk ditahan. Bertahan hingga waktunya tiba berangkat ke Banda Juanda bersama
Albar via Grab-car . Hingga tiba waktunya, kami pun berangkat bersama
dari UINSA ke Bandara Juanda untuk melakukan boarding pass dan cek
bagasi. Sambil menanti teman kami satu lagi, Mikhla Aulia.
Pukul 04.00 WIB kami pun bertemu Mila. Mila diantar oleh orang
tuanya ke bandara sekalian berpamitan dengan orang tuanya. Begitupun kami,
turut haru melihat kasih sayang orang tua yang meridhoi anaknya untuk pergi
jauh ke Negeri Jiran, Malaysia.
Ketika melakukan cek bagasi, boarding pass semacamnya, kami
pun masuk bandara dengan berbagai tahap. Bahkan menjelang keberangkatan, kami
sempatkan untuk sholat shubuh sebelum berangkat. Ternyata setelah sholat
shubuh, kami dikejar waktu untuk take off pesawat. Nama kami dipanggil
oleh petugas imigrasi bahwa bis pengantar kami dari bandara ke pesawat yang
akan berangkat. Kami pun berlari menyusuri keamanan imigrasi bandara da alhamdulillah
kamit belum telat bis keberangkatan. Akhirnya, kami pun tiba di pesawat dan
terbang pada pukul 05.00 WIB menuju Kuala Lumpur Airport. DI peswat kami
duduk terpisah. Saya duduk sendiri, sedangkan Albar dan Mila duduk satu deret
di pesawat. Kami pun menikmati perjalanan.
Perjalanan pesawat kurang lebih sekitar dua jam kami pun di tiba di
Bandara Kuala Lumpur 09.00 waktu setempat. Kami pun menunggu jemputan dari
pihak Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) selaku tuan rumah selama
kegiatan kami di Malaysia. Sekitar dua jam kami menunggu jemputan bandara Kuala
Lumpur. Untungnya, bandara ini memiliki banyak fasilitas perbelanjaan yang
menarik untuk dikunjungi.
Jemputan pun tiba, Dr. Ashida dari dari UTHM menjemput kami.
Sekaligus kami bertemu dengan peserta kegiatan dari UIN Banten, berjumlah lima
orang. Mereka baru saja tiba setelah kedatangan kami di bandara Kuala Lumpur.
Mereka adalah, Jaelani, Hasan Munadi, Enong Fauziyah, Fazirotul Wafiya, dan Ayu
Maulida. Sehingga kami saling memperkenalkan diri dan mengatahui, delegasi dari
Indonesia yang terdiri dari UINSA dan UIN Banten berjumlah delapan orang.
“Sudah lengkap?” tanya Dr. Ashida.
“Sudah bu.” Kami menjawab.
“Ok lepas ini, kita berangkat menuju kampung Mawai di Johor.” Ujar Dr. Ashida.
“Siap bu.”
Perjalanan kami pun dimulai dari sini. Melangkahkan kaki bersama di
daerah yang sama-sama belum dijamah bersama. Sepanjang perjalanan kami dari
Kuala Lumpur menuju Johor kami melihat di sekitar dari jendela mobil tentang
suasana baru di Malaysia. Kurang lebih kami harus menempuh empat jam
perjalanan. Syukur kami tidak mendapati jalanan macet sepanjang perjalanan.
Tengahm perjalanan kami pun dipersilahkan untuk sholat dhuhur di rest area sekalian
makan siang. Kemudian melanjutkan kembali perjalanan.
“Selamat datang di kampung Mawai, Johor.”
Begitulah kata-kata yang ada mewakili perasaan saya ketika tiba di
lokasi. Saya rasa apa yang saya rasakan sama dengan teman-teman yang lain. Kami
akan tinggal disini. Bersama masyarakat Mawai. Berharap nyaman dan apa adanya tinggal
disini. Kami pun disambut dengan sederhana dan baik. Dipersilahkan untuk
memasuki Dewan Raya kampung, kalau di Indonesia bisa kita sebut balai desa.
Acara pembukaan kegiatan pun dimulai.
Di Dewan Raya ini kami diperkenalkan mengenai kegiatan kami selama
sepuluh hari kedepan di Johor Malaysia. Acara ini bertajuk “Student Inbound
Mobility Berkredit Antarabangsa 2019” yang dilaksanakan atas kerjasama UINSA,
UIN Banten, dan UTHM. Dalam acara pembukaan ini kami diperkenalkan juga dengan
‘keluarga asuh’ yang mana keluarga ini merupakan keluarga yang mempersilahkan
masing-masing kami tinggal di rumah mereka sebagai homestay para peserta
kegiatan ini. Saya pun kebagian tinggal di homestay milik Pak cik Misral
dan Mak cik Zawiyah dengan teman sekamar saya yaitu Jaelani dari UIN Banten.
Sore pun menjelang larut, acara pembukaan selesai dan ditutup acara
makan petang bersama para peserta acara, para keluarga asuh, dosen UTHM,
dosen-dosen Uin Banten dan yang lain. Acara pembukaan tadi memang dihadiri
rektor dari Uin banten beserta jajarannya. Sedangkan dari kami, delegasi Uinsa
tidak didampingi dosen dalam pembukaan ini. Setelah acara selesai, maghrib pun
tiba dan masing-masing kami berpencar bersama keluarga asuh masing-masing
dibawa ke rumah tinggal menggunakan mobil masing-masing.
Bagan 1
Foto Bersama di Dewan Raya Mawai
Tiba di rumah tinggal, saya dan Jaelani dipersilahkan untuk
menempati kamar kami. Ekspektasi saya sebelumnya yakni kamar berukuran kecil,
minim fasilitas. Namun berbeda, kamar yang kami tempati sangat nyaman
dilengkapi dua kasur, kamar mandi dalam dan lain-lain. Lumayan dan terasa
nyaman untuk ditempati.
“Mari makan malam bersama.” Ujar suara mak cik dari luar.
“Siap mak cik.” Ujar kami.
Kami pun santap makan malam bersama mak cik yang kemudian
disusul oleh pak cik. Makanan pun lezat dinikmati dibarengi dengan
obrolan saling mengenalkan diri antara saya dan Jaelani selaku peserta acara
ini dengan pak cik Misral dan mak cik Zawiyah. Pak cik Misral sendiri ternyata memiliki darah
keturunan dari keraton di Kendal Jawa
Tengah. Namun mereka berdua tidak pernah sampai ke Jawa. Hanya saja dapat
berbicara sepatah dua kata dalam bahasa Jawa.
Setelah kami santap makan malam bersama, kami pun dipersilahkan
untuk istirahat di kamar.yang disediakan untuk kami berdua. Kami pun
beristirahat setelah melaksanakan sholat isya, yang mana dalam waktu Malaysia
berbeda dengan waktu di Indonesia dengan selisih satu jam. Bila Isya di
Indoenesia pukul 19.00 maka di Malaysia pada pukul 20.00. Begitupun perbedaan
dengan waktu-waktu yang lain.
_____
Hari kedua, kami pun dikumpulkan kembali dan di bawa ke suatu
kampung yang cukup berbeda dengan suasana kampung Mawai. Kalau di kampung Mawai
kami mendapatkan suasana yang layak dan perekenomian masyarakatnya bagus, maka
di kampung ini berbeda dengannya. Yaitu kampung Orang Asli Sungai Selangi, atau
bisa disebut kampung Sg. Selangi. Kami diantara setelah sarapan di rumah asuh
masing-masing menuju kampung Sg. Selangi lalu kami di briefing dan berkenalan
dengan salah satu dosen UTHM yang mana bertanggung jawab atas setiap kegiatan
kami disini. Yaitu Madam Azliana.
“Selamat datang ya di Malaysia, khususnya di kg. Orang Asli Sg.
Selangi, disini kalian akan melaksanakan program Khidmat Komuniti Siswa dan
Student Inbound Mobility berkredit antarabangsa.perkenalkan saya Azliana, tapi
panggil saja saya Puan atau Madam, saya lebih baik panggil saja Madam ya.”
Madam pun memulai briefing acara kami pagi ini di salah satu surau (mushola)
di kampung.
Bagan 2
Briefing Pertama Kami di Sg. Selangi
Madam mengenalkan kampung ini mengapa dinamakan kampung Orang Asli
Sg. Selangi karena orang-orang asli Malaysia disini dengan jumlsh masyarakat
yaitu sembilan puluh sembilan orang, tak lebih tak kurang. Katanya setiap ada
yang meninggal juga ada yang lahir, begitupun sebaliknya. Disini lah kampung
itu berada. Dengan segala keunikan masyarakatnya, kami akan melakukan kegiatan
disini. Kami pun dibagi menjadi empat kelompok terdiri dari dua orang. Dengan
pembagian tugas untuk mencari dan mengobservasi tempat yang ditentukan seperti Surau,
Balai rawat, Tabika, dan Dewan raya kampung. Salah satunya, saya dengan
Fazirotul Wafiya, salah satu peserta dari UIN Banten kebagian untuk observasi
apa yang diperlukan dan dibutuhkan di Balai Rawat kampung. Setelah di bagi
kelompoknya kami pun berpencar ke tempat masing-masing. Memantau dan membuat
laporan terkait tempat masing-masing.
Ketika saya dan Fazirotul Wafiya memantau lokasi Balai Rawat, kami
pun saling berkenalan, Saya menanyakan tentangnya yang katanya keturunan orang
Madura, apalagi dari kota Sumenep. Ternyata dia anak dari salah satu alumni
pesantren di Sumenep, Al-Amien Prenduan, yang saya juga alumni disana. Ayahnya
alumni Al-Amien Prenduan asal Aeng Panas Sumenep, lalu menikah dengan wanita
dari Banten yang menjadi ibunya. Mereka mempunyai tiga anak yang mana Fazirotul
Wafiya sebagai anak pertama dan dua adiknya sekolah di Al-Amien Prenduan.
Sambil berkenalan, kami pun tak lupa mengobservasi sekitar. Kami mengukur
ukuran papan nama Balai Rawat untuk di buatkan yang baru, kami cek kamar mandi
yang masih kotor. Namun sayangnya kami tidak dapat untuk cek keadaan di dalam
Balai Rawat yang terkunci.
Bagan 3 Cek Keadaan Balai Rawat
Dua jam berlalu, kami pun kembali ke surau untuk memberi
laporan terkait hasil observasi kepada Madam. Masing-masing kelompok saling
mejelaskan laporannya, dimulai dari kelompok kami, saya dan Fazirotul Wafiya,
melaporkan bahwa butuh pembersih lantai dan sabun untuk membersihkan kamar
mandi Balai Rawat, juga diberitahukan ukuran papan nama Balai rawat dengan
ukuran sekian. Lalu di lanjutkan laporan dari kelompok lain.
Hari pun berlalu, kami sudahi kegiatan observasi hari ini.
Laporan-laporan tersebut akan dikabarkan juga pada para peserta Khidmat
Kominiti Siswa yang dari UTHM. Mereka akan menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan sesuai laporan yang dilaporkan tadi. Kami bersegera balik ke kampung
Mawai. Namun sebelum balik, kami berdelapan diminta untuk masuk dalam
kepanitiaan untuk mendukung berjalannya acara ini bersama. Saya pun mendapati
bagian Teknikal, bertugas untuk berkaiatan hal-hal teknis dan kelengkapan acara.
Teman-teman yang lain mendapati bagian masing-masing.
Kami balik ke kampung Mawai. Namun tidak langsung ke rumah asuh
masing-masing. Kami diminta untuk menyiapkan seremonial acara penerimaan
kedatangan para peserta Khidmat Kominiti Siswa (KKS) yang dari Malaysia. Kami
pun menyiapkan dengan seadanya. Karena Madam Azliana pun bilang dalam briefing
kegiatan ini, we work what we have. Sehingga kami lakukan dengan
sebaik mungkin dengan apa adanya. Tidak menuntut fasilitias yang pun kami tidak
memilikinya. Acara penerimaan kedatangan mereka pun dilangsungkan di luar Dewan
Raya Mawai. Karena bagain dalam atau aula Dewan Raya ini dikunci.
Sore pun tiba, mereka tiba juga di kampung Mawai. Sejumlah dua
puluh sembilan mahasiswa turun dari bis setelah perjalanan dari UTHM yang
berada di Batu Pahat, Parit Raja Johor, menuju kampung Mawai. Beberapa dari
mereka saya coba berkenalan dan berkomunikasi,
“Hello, nama kau siape?” saya coba sebisanya memakai bahasa Melayu.
“Hmm Malek.” Jawabnya
“Asal darimane awak?” tanyaku lagi.
“Hmmmm” tidak ada jawaban lebih selain respon kurang paham. Lalu ku
coba tanyakan dalam bahasa lain, bahasa Inggris.
“Owh my brother, where are you from? Malaysia?”
”Oh iam from Yaman.” Saya baru paham ternyata ini mahasiswa yang
sebelumnya kami lihat daftar nama peserta yang salah satunya ada dari luar
Malaysia yaitu Yaman. Karena terdengar penggunaan bahasa Inggrisnya juga belum
seberapa, maka saya coba berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.
“Oh anta min Yaman ya akhi, ana Tsiqqif min Indonesia,” ujarku
dengan bahasa Arab.
“Eh fakaifa anta tastati’ bi lughah Arabiah? Aina darosta?” tanyanya heran mengapa saya bisa berbicara bahasa Arab
“Darastu fi Indonesia, fi madrasah.” Jawabku.
“Masyaallah tabarakallah.”
Kami pun usai saling mengenal melanjutkan pada acara. Para peserta
KKS dari UTHM sudah berbaris dan acara pun dimulai. Dibuka dengan doa pembukaan
yang dipimpin Jaelani, lalu pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh saya sendiri,
kemudian sambutan-sambutan kepala kampung. Di akhir acara, mereka pun dibacakan
pembagian tempat tinggal di rumah asuh masing-masing. Ada pun teman sekamar
saya dana Jaelani bertambah dua orang dari mereka. Yaitu Haziq dan Kishore.
Bagan 4
Foto Bersama Mahasiswa UTHM
Makan malam kami tambah ramai. Kalau sebelumnya kami hanya
berempat, saya, Jaelani, makcik, dan pakcik. Sekarang ada mereka,
Haziq dan Kishore, untuk makan malam. Kami makan malam dengan lahap juga kami banyak
saling bercerita satu sama lain. Si Haziq dari prodi Teknik Mesin UTHM,
sedangkan Kishore dari prodi Teknik Elektro UTHM. Pakcik seperti biasa selalu
bercerita banyak hal apapun ketika makan malam.
______
Keesokan harinya, acara utama KKS pun dilaksanakan. Kami semua
berada di lokasi, Kg, Sungai Selangi di pagi hari. Kegiatan kami pagi ini
hingga siang yaitu melaksanakan hal-hal yang harus dilakukan berdasar hasil
observasi yang kami laporan pada hari sebelumnya. Dua puluh sembilan mahasiswa
UTHM, tiga mahasisa UINSA, dan lima mahasiswa UIN Sultan Hasanuddin Banten,
akan saling berkolaborasi untuk melaksanakan kegiatan ini. Mahasiswa UTHM
dipimpin oleh Adriyan Jacob, yang mana sebelumnya kami, saya dan Adriyan
berdiskusi bersama untuk pembagian tempat dan peralatan. Namun ketika di lokasi,
mahasiswa-mahasiswa UTHM belum dibagi tempat-tempat untuk kegiatan ini.
Tempat-tempat tersebut seperti surau, Balai Rawat, dan Tabika. Sehingga
sebelum berpencar, kami masih membagi sesuai tempat-tempat tersebut.
Kegiatan berlangsung dengan baik. Di surau kami membersihkan
sekitar surau, ngepel lantai surau, kamar mandi surau juga
kami bersihkan. Beberapa hal juga disumbangkan untuk surau. Seperti
memasang tanda kiblat dan tanda kamar mandi laki dan perempuan. Di Balai Rawat,
juga di lakukan menghias pagar Balai Rawat dengan memberi botol bekas unutk
dihias dengan warna yang menarik, membersihkan kamar mandi, dan mengganti papan
nama Balai Rawat yang sudah usang dengan yang baru. Sedangkan di Tabika, lebih
banyak waktu dihabiskan, karena Tabika akan di cat dan dilukis gambar
kanak-kanak di bagian tembok luarnya.
Bagan 5
Cat Warna Dasar Tabika
Bagan 6
Melukis Tembok Tabika
Ketika melaksanakan kegiatan bersih-bersih ini, saya memantau
keadaan. Saya pantau surau dan ikut membantu. Selain membantu saya
sempatkan untuk saling berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Ternyata
diantara mereka ini terdapat dua mahasiswi berasal dari Indonesia. Yaitu Z|ulfa
dari Ponorogo dan Annisa dari Riau. Saya pun berkenalan banyak dengan Zulfa
yang ternyata dia sebelumnya alumni dari Pond. Pest. Modern Darussalam Gontor
cabang putri Mantingan I Ngawi. Saya mengakui memang kalau alumni-alumni Gontor
ini banyak bertebaran di luar negeri. Termasuk si Zulfa. Sedangkan Annisa
sendiri lulusan SMA Negeri di Riau yang kemudian melanjutkan studi di UTHM
Johor Malaysia.
Bagan 7
Salah Satu Kegiatan: Membersihkan Sekitar Surau
Siang pun berlalu, beberapa tempat seperti surau dan Balai
Rawat sudah selesai dibersihkan. Kecuali Tabika yang masih dalam proses
pengecetan warna dasar. Sehingga untuk teman-teman yang lain diharapakan untuk
segera sholat, makan siang dan turut membantu pekerjaan di Tabika.
Berlanjut pada sore hari, diadakan kegiatan sukaneka.
Kegiatan ini semacam fun games untuk ajang seru-seruan bersama
masyarakat Kg. Orang Asli Sg. Selangi. Kegiatan ini terdiri dari dua
permaianan. Bola beracun, permainan seperti bowling dengan menggunakan
kelapa sebagai bolanya dan targetnya menggunakan botol-botol minuman yang diisi
air. Permainan ini sangat seru dan cukup ramai dimainkan bersama masyarakat.
Lalu setelah itu diadakan permainan sepak bola antara kesebelasan KKS melawan
kesebelasan Sg. Selangi. Untuk kostum dari kesebelasan KKS memiliki keunikan sendiri.
Kami memang tidak memiliki jersey khusus pertandingan ini. Jadi untuk
membedakan mana kawan dan lawan makan kami menggunakan luaran sarung dengan
pakaian yang kami pakai sewaktu kegiatan tadi. Pertandingan pun sangat seru
dengan hasil pertandingan yaitu seri, 5-5. Akhir pertandingan pun diakhiri
dengan penalti dan dimenangkan oleh kesebalasan tim Sg. Selangi. Setelah acara sukaneka
selesai, kami semua pun kembali pada homestay masing-masing untuk
istirahat.
Bagan 8
Pertandingan Sepak Bola UTHM vs Sg. Selangi
Bagan 9
Para Penonton Sepak Bola dari Sg. Selangi
Bagan 10
Foto Bersama Tim KKS dan Sg. Selangi
_____
Keesokannya, tepat pada tanggal tujuh Desember, hari ini agenda
kami adalah penutupan dari program KKS dari teman-teman UTHM. Namun kami yang
dari Indonesia turut membantu persiapan acara ini. Penutupan ini dilaksanakan
di Tabika Sg. Selangi. Sejak pagi kami sudah tiba di lokasi dan masing-masing
kami sesuai bagiannya menyiapkan acara sesuai jobdesk nya. Seperti saya
menyiapkan hal-hal teknis seperti peralatan seperti mic, sound,
proyektor dan lain-lain. Kami menyiapkan sebaik mungkin, hingga gladi resih berkali-kali
atas tuntutan dari Madam Azliana yang perfeksionis. Banyak dari kami cukup
kesal mendengar komentar dari Madam Azliana. Namun tetap kami bersabar dan
menyiapkannya. Acara penutupan ini akan di laksansakan pukul 02.00 waktu
Malaysia.
Karena hari ini adalah hari Jumat, maka bagi laki-laki yang muslim
diharuskan untuk sholat Jumat di masjid terdekat. Di kampung Sg. Selangi
sendiri tidak ada masjid. Sehingga kami diantar ke masjid di kampung lain untuk
sholat. Setelah sholat Jumat kami pun kembali ke Tabika untuk menyelesaikan
persiapan acara penutupan.
Sebelum acara penutupan ini, sebagi dari kami dengan Madam Azliana
juga berdiskusi tentang konsep acara. Rundown acara sudah dibuat namun
ada satu hal yang kami usulkan yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dalam rundown
acara tersebut terdapat acara menyanyikan lagu nasional Malaysia, Negaraku,
lalu dilanjutkan lagu kebangsaan Johor, dan di akhir acara ada menyanyikan lagu
mars UTHM. Kami merasa terdapat diskriminasi atas hal ini. Mengapa acara yang kami
turut andil dalam persiapan ini namun lagu kebangsaan negara Indonesia sendiri
tidak di nyanyikan? Sehingga kami usul kepada Madam Azliana untuk menambahkan
dalam rundown acara menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun tidak
langsung diterima usulan kami oleh Madam. Menurut Madam urutan menyanyikan
lagu-lagu tersebut yaitu setelah lagu Negaraku maka dinyanyikan lagu Negeri
atau daerah, seperti lagu kebangsaan Johor. Tidak boleh ada lagu Negaraku
dialanjutkan dengan lagu negara lain. Walau pun seperti ini, kami tidak putus
asa atas usul kami tersebut. Kami tetap negoisasi kepada Madam Azliana untuk
hal ini. Akhirnya diterima, walau menyanyikan lagu Indoensia Raya dapat
dinyanyikan ketika akhir acara sebelum menyanyikan lagu mars UTHM. Apadaya kami
mengiyakan keputusan ini. Bagi kami yang penting lagu Indonesia Raya dapat
dinyanyikan.
Bagan 11
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Acara pun dilaksanakan. Pukul 02.00 siang tepat para tamu telah
memasuki Tabika. Tamu undangan meliputi sebagian warga Kg. Orang Asli Sg,
Selangi, pakcik makcik dari kampung Mawai dan sebagian perwakilan dari
pegawai-pegawai daerah Johor. Acara penutupan ini dipinpim oleh MC dari temen
Indonesia dan Malaysia. Yaitu Mikhla Aulia dari Surabaya dan Hafi dari UTHM.
Mereka berduet bersama memimpin jalannya acara sesuai rundown yang
disepakati. Hingga di acara menyanyikan lagu Indonesia Raya, teman-teman yang
dari Indonesia pun saling merapat barisan agar nyanyiannya keras dan serentak.
Karena kami paham jumlah kami hanya seberapa dibandingkan mahasiswa Malaysia.
Hal yang sangat menyentuh pada sesi ini. Ketika kami menyanyikan lagu Indonesia
Raya banyak dari kami tak kuasa untuk menyanyikan dengan lantang. Bukan karena
suara yang tidak bisa lantang. Namun mata kami yang membenam air mata. Saya pun
pribadi tidak pernah seperti ini dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya
merasa sangat bangga dan rindu akan Indonesia. Merasakan bagaimana bangganya
menyanyikan lagu Indonesia Raya di negara lain. Bagi saya sendiri ini merupakan
hal yang patut dibanggakan.
Setelah acara penutupan KKS ini selesai, kami pun mulai beres-beres
Tabika. Mengatur ulang kembali
barang-barang. Tak lupa kami saling foto bersama kawan-kawan. Juga saya
sempatkan foto bersama si Abdul Malik dari Yaman. Untuk teman-teman dari
Indonesia juga tak lupa sempatkan foto bersama Madam Azliana. Saya pribadi
memang kadang jengkel mendengar komentar dari Madam. Namun saya senang
setelahnya bahwa apa yang diajarkan walau gaya mengajarnya seperti itu, justru
memberi kesan jera dan baik untuk kami kedepannya. Khususnya dalam hal disiplin.
Bagan 12
Foto Bersama Setelah Penutupan Acara KKS
Sorenya ketika kami kembali ke Mawai, teman-teman UTHM langsung
bersegera mengambil barang-barang di homestay masing dan berkumpul di
Dewan Rayang kampung. Mereka akan dijemput bis dari UTHM untuk kembali ke
kampus. Acara mereka disini sudah selesai. Kami pun foto bersama dengan tim
lengkap. Lalu tak lupa saling bertukar hadiah dari kami pada teman-teman UTHM.
Begitu sebaliknya. Mereka pun berpamitan dan momen ini sangat baik untuk
persahabatan antar dua negara. Ini bukan akhir pertemuan kami. Karena nanti
kami ada kunjungan beberapa hari ke UTHM yang juga akan disambut mereka.
Saya juga teringat ketika lah malam terakhir di homestay
bersama teman-teman UTHM. Tepatnya tadi malam. Saya bersama Haziq setelah makan
malam, kami sempatkan mengobrol bersama di teras depan rumah. Haziq pun
menawarkan rokok pada saya dan kami berbicara banyak hal. Salah satunya tentang
rokok itu sendiri. Bagi warga Malaysia, rokok itu sendiri merupakan salah satu bad
habit. Kesan negatif masyarakat terhadap perokok masih kental. Bahkan
toko-toko sembako atau pinggiran jarang sekali ditemukan menjual rokok. Berbeda
dengan kasus yang ada di Indonesia. Di kawasan kampus UTHM sendiri dilarang
untuk merokok. Rambut gondrong pun tidak diperbolehkan. Amat sangat berbeda
dengan Indonesia yang melegalkan rokok dimana-mana termasuk mahasiswa Indonesia
yang juga identik dengan identitas gondrongnya.
Ketika Haziq sudah cukup lelah terlihat, kami cukupkan obrolan
malam ini lalu pergi ke kamar untuk istirahat. Terihat Jaelani dan Kishore
sudah larut tidur. Di kamar sendiri ada hal yang berkesan bagi saya. Tentang
toleransi. Di kamar ini hanya Kishore saja yang beragama Hindu. Saya, Jaelani,
dan Haziq beragama Islam. Namun ketika bangun pagi, hanya Kishore yang mesti
bangun awal lalu mandi shubuh. Dia pun membangunkan kami untuk sholat shubuh.
Saya sendiri merasakan toleransi yang sederhana tapi bermakna disini. Kishore
yang seorang Hindu namun selalu bangun dan mandi pagi, saya bepikir disini
sebenernya yang Islam siapa sih. Karena kami saja yang Islam sukar bangun
shubuh dengan tepat. Berbeda dengan Kishore yang sudah mengamalkan bangun pagi.
Kishore selalu membangunkan kami untuk sholat lalu menyiapkan sajadah kami ketika
kami ambil wudhu.
_____
Selama dua hari selanjutnya, kerja kami hanya melanjutkan pekerjaan
yang belum selesai, yaitu can Tabika. Kami sempat heran, mengapa kami yang
melanjutkan. Sedangkan ini termasuk proker dari teman-teman KKS UTHM. Namun
dengan sukarela kami tetap melanjutkan proker ini. Kami tuntaskan selama dua
hari. Kami cat warna dasar kuning, lalu kami hias dengan gambar kanak-kanak,
seperti Doraemon, Upin-Ipin dan lain-lain. Tak lupa di hari terakhir kami
menyelesaikan kegiatan ini, tepatnya tanggal sembilan Desember, kami gambar di
salah satu sisi Tabika dengan gambar logo kampus UINSA dan UIN Banten. Sore
harinya kami izin pamit pada cekgu (guru) Tabika ini dan memohon
maaf apabila banyak salah maupun sikap selama disini. Kami juga berharap Tabika
ini terus mendukung pendidikan anak-anak Sg. Selangi. Walau kata cekgu sendiri
jumlah dari murid di Tabika ini hanya tiga orang. Menurut saya sendiri ini tak
apa. Pendidikan harus terus diberikan tidak melihat kuantitas. Karena saya
sendiri pernah mengalami hal serupa. Ketika saya lulus Sekolah Dasar (SD)
angkatan saya pun hanya berjumlah tiga orang.
Bagan 13
Finishing Cat Tabika dengan Logo
Dilanjutkan pada esok harinya tepat pada pagi hari, kami harus
segera berkemas pamit dari kampung Mawai menuju kampus UTHM di daerah Batu
Pahat, Parit Raja, Johor. Kejadian lucu pada pagi hari ini pun terjadi. Saya
bersama Jaelani masih belum berkemas lengkap. Madam Azliana sudah mengingatkan
malam hari sebelumnya bahwa besoknya kita akan berangkat pada pukul setengah
delapan pagi. Karena kami memang slow orangnya, ditengah-tengah kami
berkemas, saya pun baru selesai mandi dan giliran Jaelani mandi. Tiba-tiba
terdengar suara amarah dari Madam Azliana dari luar kamar.
“Tsiqqif, Jaelani, halooo..” suara Madam Azliana menggelegar sambil
mengetok pintu kamar kami.
Kami pun panik, apalagi si Jaelani. Dia masih pakai handuk untuk
masuk kamar mandi. Daripada tambah membuat amarah Madam, saya buka pintunya dan
benar sesuai dugaan. Madam benar-benar marah.
“Sudah tau kan, kita telat ni!”
“Iya Madam, maaf. Kami telat dan ini sudah hampir selesai
berkemas.”
“Cepat, saya tunggu di mobil.”
Seketika saya selesaikan kembali barang-barang yang belum dikemas.
Jaelani pun begitu mandi dengan secepatnya. Selesai. Kami pun keluar rumah.
Sebelum kami dibawa ke Dewan Raya dengan Madam, kami foto bersama pakcik dan
makcik. Karena ini sesi terakhir kami di rumah mereka dan di Mawai. Lalu
segera kami masuk mobil Madam dan pergi ke Dewan Raya Mawai. Ternyata pakcik
dan makcik juga ikut ke Dewan Raya turut melepas kepergian kami.
Bagan 14
Foto Bersama Pak Cik dan MAk Cik
Di Dewan Raya sudah berkumpul semua. Hanya saya dan Jaelani yang
telat tiba disini. kami saling salaman dengan makcik-makcik yang lain.
Saling berpamitan dan berfoto bersama. Saya pun diberi kesempatan mewakili dari
teman-teman untuk memberi kata-kata perpisahan. Bagi kami mereka adalah
keluarga kami di Malaysia. Sudah rela menerima kami juga mengizinkan kami
tinggal di rumah mereka. Kami meminta maaf atas segala salah dan berterimakasih
untuk semuanya sudah menjadi bagian dari proses kami.
Bagan 15
Foto Bersama Terakhir di Mawai
Setelah itu, kami pun berangkat dengan bis mini menuju UTHM.
Perjalanan sekitar tiga jam menuju UTHM.
_______
Tiga jam kami di perjalanan, akhirnya tiba di kampus UTHM. Kami
begitu terkesan dengan luasnya kampus ini. Dibandingkan kampus sendiri, bukan
apa-apa, secara materi ya. Kami pun diantar menuju gedung kolej Kependidikan
UTHM untuk bertemu dengan beberapa dosen dari UTHM. Setelah itu kami di bawa ke
tempat registrasi kartu mahasiswa untuk di buatkan kartu pelajar UTHM. Katanya
kami dibuatkan kartu ini bukan sebagai mahasiswa sah yang kuliah di kampus ini.
Namun sebagai identitas bahwa kami akan tinggal di area kampus ini dalam
beberapa hari.
Bagan 16
Kami Tiba di UTHM
Tidak butuh waktu lama dalam proses pembuatan kartu mahasiswa ini.
Kami pun langsung dibawa ke Kolej Tun Syed Nasir (TSN). Tempat ini merupakan
salah satu asrama mahasiswa UTHM yang akan kami tempati beberapa kamarnya.
Ketika kami sudah memasuki kamar, ternyata kamarnya cukup layak dan nyaman
ditempati. Sederhana. Setiap kamar ada dua kasur dan juga ada kipasnya.
Alhamdulillah berfungsi. Saya pun sekamar lagi bersama Jaelani. Hasan Munadi
sekamar dengan Abdullah Albar. Kamar kami tidak saling berjauhan. Kami pun memilih
beristirahat daripada berkeliling. Karena nanti malam kami ada agenda latihan
untuk membawakan penampilan.
Kami wajib menampilkan suatu pertunjukan pada hari terakhir kami di
Malaysia sebelum kembali ke Indonesia. Jauh hari sebelumnya Madam Azliana
memang sudah menginformasikan pada kami tentang hal tersebut. Untuk penampilan
ini diserahkan sepenuhnya pada kami, terserah mau menampilkan apa. Baik puisi,
drama, tari tradisional, silat dan lain-lain. Intinya mencerminkan nilai
ke-Indonesiaan dalam pertunjukan tersebut. Namun nanti tetap akan dilihat dulu
oleh Madam mau menampilkan apa gitu. Setelah kami diskusi bersama, maka akan
ditampilkan tari tradisional dari putra dan putri dengan tarian yang berbeda.
Untuk putra akan ditampilkan tari Yamko Rambe Yamko. Sedangkan untuk putri akan
ditampilkan tari Indang dari Sumatera Barat. Karena dari Madam Azliana sendiri,
bagi putri dilarang menampilkan tarian yang menggerakkan seluruh anggota tubuh.
Bagi Madam, itu tak elok untuk perempuan. Sehingga diambillah opsi tari Indang
yang hanya menggerakkan setengah badan dalam posisi duduk.
Malam pun tiba, selepas makan malam kami menuju tempat latihan. Di
daerah gedung lain dari asrama kami. Disana ada panggung untuk kita latihan
tampil. Penampilan ini tidak hanya dari kami yang dari Indonesia. Namun atas
saran dari Madam Azliana, anggota tari juga dilibatkan dari teman-teman UTHM.
Karena kami ketika berdiskusi bersama Madam, ia menanyakaan apa tema dari
penampilan ini. Sehingga kami menjawab, tema penampilan ini adalah Unity in
Diversity, yang selaras dengan nilai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu,
anggota dari penampilan ini juga dilibatkan dari berbagai ras negara. Seperti
Indonesia, China, India, dan Yaman. Untuk jumlah penari Yamko Rambe Yamko
terdiri dari enam orang. Yaitu saya sebagai leader, Hasan Munadi,
Khisore, Nehemiah, Shakir, dan David. Untuk penari Indang terdiri dari tujuh
orang. Lalu kami menampilkan sesuai yang kami hapal terlebih dahulu sebagai
latihan. Seperti biasa, komentar dari Madam Azliana tetap pedas melihat
penampilan awal kami ini. Namun tetap kami ambil positif dan terus berlatih
saling mendukung dan menyelaraskan gerakan.
Berbeda dengan si Jaelani. Sebelumnya Jaelani ingin menampilkan
penampilan solo, yaitu Debus dari Banten. Debus merupakan salah satu kesenian
bela diri yang identik dengan ilmu kebalnya. Dibacok, diiris pakai alat tajam
pun, tidak akan mengalami luka. Jaelani cukup bisa dalam memainkan Debus ini.
Namun ketika dibicarakan dengan Madam, penampilan Debus pun ditolak. Karena
menampilkan hal yang berbahaya walau si Jaelani sendiri bisa melakukannya.
Sehingga dicarilah opsi lain untuk penampilan solo Jaelani. Dipilihlah gerakan
silat Cimande. Jaelani tak cukup pandai dalam hal silat. Namun dia melihat
beberapa gerakan dasar di Youtube untuk memperagakannya. Bolehlah Jaelani
menampilkan ini.
Malam ini cukup larut kami berlatih dan kami pun kembali ke asrama.
Madam Azliana terus mengingatkan kami bahwa tak banyak waktu untuk latihan.
Lusa kami akan tampil. Sehingga butuh satu setengah hari bagi kami untuk
menyiapkannya.
_____
Besoknya, pagi-pagi setelah sarapan kami dijemput Madam dengan
mobilnya. Kami dibawa ke salah satu gedung lebih tepatnya seperti aula kampus.
Gedung ini bernama Dewan Sultan Ibrahim (DSI) UTHM. Jarak dari asrama TSN
menuju DSI kurang lebih dua kilometer. Disini kami akan tampil. Ketika kami
memasuki DSI ternyata luar biasa luasnya. Kalau dibandingkan dengan Sport
Center (SC) UINSA buka apa-apa. Kata Madam ribuan penonton akan memenuhi DSI
untuk melihat penampilan kami. Seketika kami terkejut.
Bagan 17
Latihan di DSI
Di DSI, kami berlatih lagi. Berlatih terus menerus hingga sore
hari. Mencoba menari diatas panggung agar kami tidak demam panggung ketika
waktunya tiba. Sinkronisasi gerakan antar satu dengan yang lain belum maksimal.
Namun tetap kami berusaha. Hingga sore hari ini disuruh istirahat terlebih
dahulu. Kami kembali dengan bis universitas. Karena kalau kami jalan dari DSI
menuju TSN itu jauh. Untung bis universitas masih beropresasi pada jamnya. Kami
pun menaiki bis tersebut dan melihat sekitar universitas yang cukup luas ini.
Untung kami bersama salah satu mahasiswi yang punya aplikasi bis tersebut.
Yaitu Chok Ying Yun. Dia seorang china yang kuliah disini. Katanya rute dan
dimana bis tersebut beroperasi bisa dipantau di aplikasi tersebut. Akhirnya,
tibalah kami di asrama.
Malamnya, kami kembali lagi ke DSI. Kami pergi menuju DSI dengan
berjalan. Dipimpin oleh Nehemiah, salah satu penari juga. Cukup jauh kami
berjalan. Hingga tiba di DSI, seperti biasa kami latihan lagi. Latihan terus
menerus. Karena besok, kami akan tampil. Untungnya kali ini semua penari
lengkap untuk latihan. Jadi kami sudah mulai membaik dalam menyelaraskan
gerakan sesuai irama. Begitupun yang putri dalam tarian Indangnya juga sudah
cukup baik. Sedangkan si Jaelani masih terus latihan simulasi gerakan silatnya.
Kami semua sibuk menyiapkan yang terbaik hingga larut malam. Karena larut, kami
pun segera kembali ke asrama. Besok pagi harus latihan lagi. Karena acara akan
dimulai pukul dua siang.
_____
Hari yang dinanti telah tiba. Tepat pada tanggal dua belas
Desember, apa yang kami sudah latih akan ditampilkan. Pagi hari setelah
sarapan, kami segera ke DSI untuk memaksimalkan latihan. Di DSI sendiri para
panitia acara tengah menyiapkan kondisi teknis dan panggung acara. Acara ini bertajuk
penutupan FIESKOM (Fiesta Kokurikulum) 2019. Acara tahunan ini selalu
diselenggarakan sebagai salah satu agenda UTHM. Merayakan berbagai pencapaian
kokurikulum yang ada di UTHM. Kalau di kampus di Indonesia mungkin setara
dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dari berbagai rangkaian acara tersebut,
disini lah kami akan menampilkan apa yang menjadi representatif ke-Indonesiaan.
Karena kami sudah berlatih sejak pagi, kami pun sempatkan sholat
dhuhur dulu dan menyiapkan aksesoris tari. Berbeda dengan saya dan Jaelani,
baju kami tertinggal di asrama. Jadi kami harus kembali dengan sesegera mungkin ke asrama. Walaupun acara akan
dimulai jam dua siang, kami harus sudah siap satu jam sebelum acara.
Kami pun tiba di lokasi kembali setelah tiga puluh menit terlewati.
Karena masalah jarak sendiri dari DSI ke asrama TSN yang dua kilometer maka
bolak-balik kisaran tiga puluh menit lebih. Saya dan Jaelani langsung bersiap
di belakang panggu bertemu yang lainnya. Acara pun dimulai. Dibuka oleh MC dan
masih ditampilkan pertunjukan dari unit kegiatan mahasiswa UTHM. Sembari
menunggu giliran, kami pun berlatih dengan semaksimal mungkin dengan kostum
tarian yang sudah dipakai. Latihan terakhir sebelum tampil di panggung. Kami
yakin kami pasti sukses akan penampilan ini.
Bagan 18
Penampilan Tarian Indang
Tibalah giliran kami untuk tampil. Kami semua sama-sama merasakan
campur aduk perasaan. Ada perasaan bangga, takut, senang, cemas dan sebagainya.
Apalagi ketika kami mengintip sejenak dari balik tirai panggung, sekitar ribuan
penonton memenuhi kursi DSI. Pertunjukan kami pun dimulai. Dibuka oleh
penampilan Jaelani memperagakan gerakan dasar silat Cimande serta dibarengi
drama dengan datangnya musuh yang diperankan oleh David dan Nehemiah. Mereka
menyerang Jaelani yang sedang berlatih dan terjadi perlawanan singkat yang
dimenangkan oleh Jaelani. Kemudian dilanjutkan penampilan tari Indang dari
putri. Mereka memasuki panggung dan langsung dalam posisi duduk. Ketika musik
berbunyi mereka pun dengan anggunnya menari sesuari irama. Begitu pun pada
penampilan terakhir, yaitu penampilan saya dan teman-teman dalam menampilkan
tari Yamko Rambe Yamko. Kami memasuki panggung dan mulai menari ketika musik
terdengar. Dengan sebaiknya kami lakukan yang terbaik di panggung. Saya sendiri
tetap percaya diri terus bergerak di depan ribuan penonton Malaysia ini. Rasa
bangga juga mengalir dalam hati saya. Saya membawa nama Indonesia disini.
Hingga mencapai akhir gerakan dari tarian kami, kami pun selesai untuk bagian
kami. Kami berbaris. Diikuti teman-teman yang lain juga masuk ke panggung untuk
memberi hormat dan terimakasih atas penampilan kami. Kami sangat bahagia
mendengar tepuk tangan riuh dari para penonton. Misi kami pun berhasil dan kami
pergi ke belakang panggung menuju luar DSI untuk merayakannya dengan foto
bersama. Alhamdulillah.
Bagan 19
Foto Bersama Para Penari Tradisional
_______
Usai sudah
penutupan acara FIESKOM 2019, usai juga penampilan kami. Sore harinya kami
diminta Madam untuk mengikuti salah satu kelasnya. Kebetulan Madam ada sesi
ngajar sore ini. Kami pun memasuki kelas ikut berbaur belajar dengan mahasiswa
UTHM yang lain. Saya sendiri cukup terkejut dengan kelasnya. Kelas ini berada
di area Doghnut Library UTHM. Katanya perpustakaan ini terbesar se Asia
Tenggara, mungkin tingkat universitas. Kelas kami ada di lantai satu. Di kelas
ini terlihat sederhana untuk masalah peralatan dan kelengkapan alat belajar
amat lengkap. Proyektor beserta layar, komputer touchscreen di dinding, sound
kanan kiri lengkap dengan amplify-nya, serta warna latar ruangan
yang colorful. Ada hal lain juga yang bikin saya kagum. Untuk
menghidupkan lampu kelas tidak butuh sakelar. Karena saya melihat salah satu
mahasiswa menghidupkan lampu ruangan dengan klik salah satu tombol di komputer touchscreen
yang ada di depan. Beginilah yang saya rasakan suatu kualitas wolrdclass
university. Teknologi juga menjadi andalan dalam mendukung kualitas
belajar.
Baru setelah
itu, menjelang maghrib, kami diajak jalan-jalan oleh Madam. Untuk yang cowok
naik mobil yang disupiri oleh suami Madam, pak Joko. Pak Joko sendiri dulunya
orang Ponorogo yang kemudian merantau ke Malaysia dan menikah dengan Madam.
Bahasa Jawanya masih bisa dikomunikasikan. Untuk yang putri menggunakan mobil
yang disupiri oleh Madam. Kami diajak berkeliling Batu Pahat dan dibawa ke
Ninso. Ninso merupakan kedai atau toko yang menyediakan barang-barang seharga
dua ringgit saja. Jadi kami disini beli banya oleh-oleh untuk dibawa ke
Indonesia. Tidak hanya di Ninso, tapi kami dibawa ke dua tempat lainnya seperti
Arena Warna dan pusat perbelanjaan bunga. Cukup senang kami malam ini. Karena
ini malam terakhir kami di Malaysia. Besok saya dan yang dari UINSA harus
bersiap balik ke Indonesia.
_________
Pagi hari
sekitar pukul setengah delapan, Madam sudah on time menunggu kami depan
asrama. Madam akan melepas keberangkatan kami dari UTHM menuju Kuala Lumpur Airport.
Kami pun mulai berkumpul bersama Madam. Madam mengucapkan beberapa kata
perpisahan sebagai tanda terimakasih dan permohonan maaf dari Madam apabila
banyak salah serta sering melukai hati teman-teman. Memang Madam sangat
perfeksionis, semua hal dituntut maksimal. Kalau ada kesalahan pun dengan tegas
oleh Madam pun diutarakan. Saya sendiri menilai Madam ini sangat baik. Walau
cara mengajarnya saja yang perlu kesabaran, namun ini efektif mengenang di hati
kami. Apa yang diajarkan semoga selalu menjadi ilmu nafi’ bagi kami semua. Kami
pun saling bersalaman dengan Madam. Madam cukup sedih dengan berlinangnya air
mata karena melepas kami balik ke Indonesia.
Bagan 20
Saya Bersama Madam
Bagan 21
Perpisahan Bersama Madam
Setelah itu,
kami pun pergi menuju Kuala Lumpur Airport. Perjalanan sekitar empat
jam. Ketika tiba di bandara kami pun dilepas oleh Dr. Ashida. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ashida dan segenap jajaran yang terlibat
dalam proses kami belajar di Malaysia ini. Tak lama, kami pun resmi dilepas disini.
Selanjutnya kami hanya perlu on time sesuai jadwal keberangkatan pesawat
menuju Indonesia. Sebelum kami berpencar, antara delegasi dari UINSA dan UIN
Banten, kami sempatkan untuk foto bersama. Karena kami akan berpisah setelah
ini. Mereka ke Banten dan kami ke Surabaya. Namun untuk delegasi UIN Banten,
mereka akan pulang dua hari lagi pada tanggal lima belas Desember. Mereka masih
menyempatkan diri untuk berkeliling Kuala Lumpur.
Akhirnya, kami
berpisah. Saya, Abdullah Albar, dan Mikhla Aulia, pergi bersama masuk ke dalam
bandara untuk proses check in dan boarding pass. Keberangkatan
kami akan berangkat empat jam lagi. Namun ketika kami masuk bandara, kami cari
info ke petugas bandara dan ternyata salah bandara. Pesawat kami bukan
berangkat dari Kuala Lumpur Airport 2, namun Kuala Lumpur Airport 1.
Seketika kami pun panik lalu menelpon Dr. Ashida bahwa kami salah bandara.
Seketika tak lama kemudian salah satu anggota dari Dr. Ashida menjemput kami
kembali ke bandara dan langsung diantar menuju Kuala Lumpur Airport 1.
Keberangkatan kami pun tinggal tiga jam lagi. Sebelum itu kami
sempatkan untuk makan di bandara. Baru setelah itu kami check in dan boarding
pass menuju pesawat. Ternyata dalam proses ini check in dan boarding
pass ini cukup rumit dan lama. Petugas imgrasi di bandara ini sangat ketat.
Namun setelah itu kami pun sudah masuk pesawat dan berangkat menuju Indonesia.
Kami berangkat pukul empat sore dan tiba mendekati isya di bandara Juanda di
Sidoarjo. Ketika tiba di Juanda, kami pun pergi bersama menuju Surabaya lalu
berpencar. Mikhla Aulia bersama saya menuju terminal Bungurasih. Karena Mikhla
Aulia akan dijemput orang tuanya di terminal. Abdullah Albar kembali ke asrama
di UINSA. Sedangkan saya langsung mencari bis menuju Madura. Saya memilih untuk
melepas rindu di Madura. Karena saya ingin menemui orang tua saya dulu sebelum
saya merantau kembali di Surabaya.
Demikian kisah saya bersama teman-teman dalam menjalani program
Student Inbound Mobility di Johor Malaysia. Segala cerita unik, pasti memiliki
hikmah. Saya sangat bangga menjadi bagian dari proses ini. Harapan lebih untuk
saya pribadi adalah terus berproses dan menjadi lebih baik, lebih baik, dan
terbaik. Seakan bila diceritakan kembali kisah ini pada siapapun, saya
merasakan kisah tersebut baru saja semalam saya alami. Semalam baru saja
terjadi dan saya seakan baru pagi ini bersyukur kembali atas pengalaman ini.
Mantap cung tsiqif.. mamang senyum2 sendiri bacanya, sukses selalu buat kita semua..
ReplyDeleteEhh sumpah gue baru baca. Uwu syekali abang tsiqif nii..
ReplyDeleteUwuuuuuuu..
ReplyDelete