Skip to main content

Ada si Cinta di Al-Amien Prenduan :D

Masjid Jami' Al-Amien Prenduan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Dalam post kali ini saya bukan bermaksud untuk hanya mengenalkan Al-Amien Prenduan saja. Melainkan saya juga akan mengenalkan bagaimana karakter itu dibentuk dari sistem pendidikan. Ya itung-itung juga ada kaitannya dengan Al-Amien Prenduan. Tempat yang mana pernah penulis singgah beberapa tahun lalu. Karena si cinta ada disini, dan saya menuliskannya :)

-Al-Amien Prenduan? kok bisa ada tempat seperti itu?

Biar jelas dan pengen tahu sejarahnya sekilas bisa cek di sini. :)

-Kenapa penulis sekolah di Al-Amien Prenduan?

Sebenarnya sih awal mula dulu sejak lulus SD, saya gak mau mondok. Ya mau sekolah di luar pada umumnya. Tapi Abi sendiri gak seutuju. Jadi saya pada saat itu ya di kelabuhi Abi yang mana saya diajak jalan-jalan wisata dan pada akhirnya diajak jalan ke Al-Amien Prenduan. Ya mana tahu kalo itu adalah pondok. Saya cuma liat-liat aja, cuek. Tapi lumayan tempatnya, adem.

Disamping itu niat dari Abi untuk memasukkan saya pada Al-Amien Prenduan, karena beliau ada rasa kagum pada salah satu santriwati yang juga dari desa yang sama sedang bersekolah di Al-Amien Prenduan, khususnya di Ma'had Tahfidnya. Namanya Nashihatul Muhtadina. Dia sih putri dari guru saya dulu ketika sekolah Madrasah Diniyah. Tak hanya itu dia sangat berprestasi di MTA Al-Amien Prenduan. Makanya Abi ada rasa ingin menyekolahkan saya di MTA Al-Amien Prenduan.

Pada akhirnya ya saya jadi mondok juga. Walau tanpa niat dari diri sendiri. Walau tanpa ada hasrat mau mondok. :'(

-Kalo emang gak dari niat sendiri buat mondok, kerasan gak di Al-Amien Prenduan saat awal masuk mondok disana?

Rasa gak nyaman dan bikin gak kerasan sih ada. Banyak malah. Apalagi kepribadian saya yang pada saat itu bermental cemen. Sangat pemalu. Tak ada keberanian akan apapun. Deket-deket sama cewe aja saya takut. Apalagi mengikuti aktifitas di Al-Amien, sangat menakutkan.

Mengapa saya katakan menakutkan? karena kegiatan atau aktifitas sehari-hari di Al-Amien Prenduan memang sangat disiplin. Setiap satu kegiatan ke kegiatan lainnya saling estafet. Bila ada santri yang terlambat tak tepat waktu, sanksi baginya. Entah di pukul, push up, skot jump dsb. Tak hanya itu, suara teriakan dari para pengurus pondok yang sebagai senior juga terdengar mengerikan. Mereka meneriakkan hitungan 1,2,3 dst (menggunakan bahasa arab/inggris) untuk tanda keterlambatan. Maklum, saya katakan menakutkan karena memang belum pernah seperti ini dan mental saya lemah. :'(

Jadi, rasa gak kerasan di pondok saat awal masuk masih ada sekitar dua migguan. Yang mana sandal sering hilang, baju juga sering hilang bahkan isi gayung berupa sabun, sikat gigi, odol, dsb juga sering lenyap pada masih awal-awal mondok. Namun setelah masa-masa itu berlalu, penulis sudah dapat beradaptasi dan karena dapat teman banyak lah saya mulai merasa nyaman. Akhirnya tips-trik survive di pondok sudah dimengerti sedikit demi sedikit. Barang-barang pun wes cukup aman. Dan kegiatan sehari-hari pun terkendali. Sedaapp! :D

Instagram @alamienprenduan

-Sebegitu kah kedisiplinan di Al-Amien Prenduan?

Disiplin di Al-Amien memang menjadi pondasi dasar dari setiap kegiatannya. Dari sejak bangun tidur hingga tidur malam lagi. Tak hanya itu. Kegiatan sekolah formal disini juga dipadukan dengan kegiatan kepondokan seperti sholat berjemaah, ngaji dsb. Serta dipadukan dengan kegiatan ekstra lainnya seperti Muhadharah (latihan pidato bahasa), debat diskusi dsb. Jadi kegiatan yang super padat tsb harus dimenej dengan sebaik-baiknya. Jadwal dan waktu kegiatan masing-masing sih sudah di program dari pondok. Tapi itu semua harus didukung juga dari hasrat dan ketangkasan santri-santrinya dalam memenej waktu dan kesehatannya agar bisa melaksanakan aktifitas dengan baik dan ontime.

Bila dilihat dari segi kegiatannya, sistem displin Al-Amien Prenduan bercorak sama dengan Pond. Pest Darussalam Gontor Ponorogo. Memang ada silsilah keluarga dari pimpinan Al-Amien Prenduan kala itu dengan pimpinan Darussalam Gontor. Makanya serupa dari segi kegiatannya.

Khususnya, Al-Amien Prenduan mengutamakan displin dalam bahasa. Bahasa resmi disini hanya tiga, yaitu bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Lebih utamanya lagi bahasa Arab dan Inggris. Setiap waktu, setiap komunikasi antar santri diwajibkan berbahasa resmi arab-inggris. Bila diketahui salah satu santri tidak berbahasa resmi, misal berbahasa Indo lebih parahnhya lagi berbahasa daerah (madura, sunda, jawa dsb) maka dikenakan sanksi keras, Entah dipanggil di Mahkamah (pengadilan) atau di botak (bila berbahasa daerah).

Kedisiplinan di Al-Amien Prenduan saya rasa sudah sangat-sangat amat terbaik untuk memicu kegiatan santri sehari dalam berbagai aspek penunjang karakter. Mengapa begitu? bila dilihat dari segi;

  • Keilmuan. Al-Amien Prenduan sudah menyediakan waktu lebih banyak dari kegiatannya untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umum selain di sekolah. Ilmu Agama juga sudah disediakan waktu dan tempatnya seiring dengan kegiatan selayaknya pondokan lainnya.
  • Pendidikan. Seluruh kegiatan di Al-Amien Prenduan berasaskan pelatihan pendidikan. Pelatihan kependidikan itu dipicu dengan kedisplinan dalam memenej waktu. Sehingga santri yang terdidik sangat mengutamakan ketepatan waktu. 
  • Kepemimpinan. Berbicara soal kepemimpinan, karakter pemimpin pada dasarnya sudah bisa dilihat dari selihai mana dia memenej diri sendiri. Karakter macam ini sudah bisa ditumbuhkan dan dikembangkan di Al-Amien Prenduan. Walau tanpa ada training kepemimpinan dsb, naluri kepemimpinan bisa tumbuh alami disini. 
  • Untuk lebih spesifik tentang kegiatan apa saja yang ada di Al-Amien Prenduan, dengan lembaga-lembaga internal nya, cek sini.
Jujur sih saya tak hanya berpendapat semata-mata karena saya santri Al-Amien Prenduan. Namun, sesuai fakta dari alumni-alumni Al-Amien Prenduan yang sudah terbentuk karakternya. Secara khas, karakter Al-Amien Prenduan tersendiri. Kalo saya sih masih belum terbentuk karakter. Saya masih penuh hina.  :'(

-Btw nih, tadi kan penulis bilang kalo mentalnya lemah? Kalo di Al-Amien seketat dan disiplin banget masalah kegiatan, bagaimana dong nasib mentalnya?

Memang sih mental saya sangat lemah sejak dulu, sejak SD. Se iring berjalannya waktu sah sebagai santri Al-Amien Prenduan, mental saya tumbuh dan berkembang. Sebenarnya masalah mental bukan hanya terpaut sama Kepercaayaan diri dalam makna berani. Mental sendiri bagi saya adalah karakter. Manusia yang berkarakter ya manusia yang punya mental bagus. Seperti tulisan Jokowi tentang Revolusi Mental. 

Mental saya dikembangkan karena hidayah Allah lewat barokah Kiyai yang berbaur di setiap kegiatan di Al-Amien Prenduan. Begitupun dengan santri lainnya. Entah mengapa kegiatan-kegiatan tersebut memicu karakter untuk terbentuk dengan alaminya. Niat saya ya cuma melaksanakan kegiatan tanpa dikenakan sanksi wkwkw maklum, rasa takut dan cemas itu mungkin yah menimbulkan keberanian haha. Kalau dipikir ulang yah memang benar, karena sering melakukan kegiatan yang bermanfaat setiap waktunya, alhasil menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tsb membentuk karakter dengan sendirinya. Karakter yang bermanfaat.


Panitia Salah Satu Seminar di Al-Amien Prenduan


-Jadi pembentukan karakter itu di pondok kah?

Bukan di pondok juga. Karakter bisa dibentuk dimana saja sesuai lingkungannya. Bisa dilihat sendiri perbedaan umum antara orang baik dan jahat. Orang rajin dan pemalas. Orang kaya dan miskin. Dan sebagainya. Terutama santri dan pelajar umum, mereka memiliki karakter yang berbeda walau status mereka sama-sama menuntut ilmu.

Yang demikian saya maksud disini adalah karakter sebagai anak sholeh/sholehah yang didambakan orang tua. Rata-rata semua orang tua ingin memiliki anak yang sholeh/ah. Yang berakhlak baik, pinter dan sebagainya. Intinya menginginkan yang baik-baik bagi anaknya. Jadi, hemat saya yah salah satu metode atau tempat yang baik untuk membentuk karakter anak yang seperti itu ya di pesantren. Karena sudah banyak tersebar di mana-mana, pesantren yang mumpuni dalam mendidik anak yang berimtaq dan berwawasan iptek untuk zaman ini. Terlebih pula, bagi orang tua bisa lebih ringan dalam mendidik anak. Orang tua bisa fokus pada pekerjaan mencari nafkah dan rumah tangga. Tanpa hawatir bila anak dirumah, entah dia habis sekolah kok gak pulang-pulang, entah dia sering main kemana-mana gak jelas, entah pergaulan bebas dan sebagainya. Bila anaknya di pasrahkan untuk dididik di pondok pesantren kan nyaman toh. Anak tersebut akan jauh dan tak terjamah pergaulan bebas dan selalu dididik dengan amalan berpahala dan berpendidikan. :))

-Jadi, santri itu lebih baik dari pelajar di sekolah umum?

Ya nggak juga lah. Banyak juga kok dari yang dulunya santri pas habis lulus malah hilang status kesantriannya, ikut pergaulan bebas dan sebagainya. Banyak juga pelajar umum sadar diri untuk menjauhi pergaulan bebas sekitarnya, dengan belajar lebih baik sendiri. So, relatif yah. Itu semua tergantung hidayah dari Allah dan usaha kita. Maksud dari tulisan diatas yah saya hanya kasih opsi yang mungkin baik untuk diterima karna penulis sendiri pernah mengalaminya. Dan bukan maksud untuk menyinggung pihak lain. :)

Untuk selebihnya mungkin ada yang ingin lebih tahu tentang pengalaman penulis lebih detailnya di Al-Amien Prenduan, bisa comment. Atau menyuarakan pendapat lainnya seputar kependidikan, comment juga. :D

Dan maaf mungkin judul clickbait yah, hehe. Tapi penulis make judul tersebut karena didasarkan cinta pada Al-Amien  Prenduan. Seakan cinta tertinggal di sana dan saya tuliskan. Selebihnya saya masukan apa  apa sih yang membuat diri saya cinta.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 


Comments

  1. Endorse kaka xD
    Judulnya clickbait, btw -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Layanan adsense belum tersedia nih kalo udah ada boleh endorse sist :D
      Untuk judul yg clickbait maaf yah, wktu nulis gak stabil sih, tanpa punchline yg ini, so made me dizzy yah gtu deh jadinya, btw thanks udah peka yah hehe :))

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Semalam

Indonesian x Malaysian Tibalah dipenghujung tahun ini, banyak hal terjadi. Banyak perasaan dikorbankan, banyak harapan diperjuangkan, banyak pengalaman layak untuk diceritakan. Kita bukan lah pembuat skenario atau cerita-cerita ini. Kita hanyalah tokoh yang memainkan peran masing-masing menurut apa yang diarahkan oreh sutradara terbaik dari yang terbaik, yaitu Allah. Protagonis, antagonis, melankolis, dramatis, dan berbagai unsur-unsur cerita lainnya turut mewarnasi cerita. Seperti cerita yang begitu saja tak terasa larut dalam waktu. “Sudah disiapkan passport -nya Qif?” “Aman bar.” Nanti kita berangkat bareng ke Bandara Juanda jam 03.00 WIB, biar gak telat keberangkatan pesawatnya.” “Okesiap.” Segala barang perlengkapan tengah disiapkan. Kantuk tiada lengah untuk ditahan. Bertahan hingga waktunya tiba berangkat ke Banda Juanda bersama Albar via Grab-car . Hingga tiba waktunya, kami pun berangkat bersama dari UINSA ke Bandara Juanda untuk melakukan boarding ...

ANIME & TSIQQIF (IYKWIM)

Rias Gremory Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!   Kali ini belum ada ide mau post apa yah. Yang ada cuma anime. kebetulan aja sih lagi hobi-hobinya berduaan sama anime. makanya saya nulis. Post kali ini saya buat karena ada beberapa pertanyaan dari teman-teman. Mereka menayakan “kenapa kok suka sama Anime?” pokoknya pertanyaan tersebut menjastis saya keheranan kali ya terhadap hobi saya yang Cuma mantengin kartun yaah yang gimana gitu (katanya) ???!!! twit dan dm ig dari teman Oke kita mulai  . . . First: Saya emang suka nonton kartun sejak kecil. Memang namanya aja masa kanak-kanak jelas identik dengan tontonan yang kaitannya dengan kartun. Sehingga menutrsi otak mereka untuk lebih berimajinasi. Dan saya juga gitu dulu. Jelas. Saya inget sekali kartun pertama yaitu Spongebob. Saya juga masih inget di chanel Lativi dulu saya tonton tiap hari noh Sponge-kuning. Setelah itu muncul berbagai kartun lainnya, Jimmy Neutron, BEN 10, Danny Phantom, d...