Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh!
Salah bahagia
for you, all good people. Sebelumnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Karena
ketidak konsistenan saya dalam menulis dan mengisi feed blog ini. Sebenarnya
sih buanyaak waktu untuk menulis. Tapi juga banyak faktor gajelas ataupun alasan yang gak konkrit untuk tidak menulis :’(. Tapi sejujurnya saya kesulitan
dalam menulis beberapa saat sebelumnya karena kendala laptop yang rusak :’(.
Semoga aja deh bisa dapet rejeki dapet laptop yang lebih canggih. ((aamiin))
Next guys, post
kali ini tentang perjalanan umrah saya yang (Alhamdulillah) telah dilaksankan
pada akhir Desember (20-27) 2017. Alhamdulillah akhir tahun saya dihadiahkan
panggilan oleh Allah untuk ziarah ke rumahNya. TANPA DIDUGA.
Flashback
bentar. Ceritanya hadiah
umrah ini belum ada dalam list mimpi. Saya belum terbersit untuk umrah. Ya
gimana ya, saya kan gapunya uang yang cukup untuk itu. Namun Allah Maha Baik
atas segalaNya. Pada waktu itu (29-Juli-2017) HUT Radar Madura yang ke 18. Pada
hari ini merupakan hari puncak dari resepsi ulang tahunnya. Dengan mengadakan
acara “Ajalan Sehat Sareng Anak Jatem & Reng Seppoh Nunnu’”. Lalu saya pun
ikut serta dalam jalan sehat ini. dengan mendaftar dan membeli tiga kupon,
untuk saya, abi, dan ummi. Ya saya pun ikut saja dalam memeriahkan jalan
sehat dengan rute kantor bupati-Pajagalan-Elmalik-Taman Bunga-Anita-Kantor
Bupati. Saya jalan gajadi sama abi karena sepatu bagian bawah punyan abi,
copot. Akhirnya saya bareng sama Mas Faiq dan Mas Kholil. Saya gakenal
sebelumnya sama kdua orang ini, namun saya ambil teori “Just Talk”. Nah
pada kahirnya pun, saat diumumkan undiannya, saya kaget bin gak percaya. Nomor
undian di kupon saya, menjelma tiket untuk sampai ke baitullah :). Saya pun
naik stage dan Alhamdulillah bisa bersalaman dengan Bu Khafifah (guest
star) sekaligus sebagai Mensos Kabinet Kerja Pak Jokowi (pada saa itu). Hari indah, demi datang
dengan damai menuju rumah Allah.
Mendekati hari H, untuk keberangkatan. Saya
masih harus berurusan dengan UAS semester III. Sudah saya lobi beberapa dosen
untuk memajukan UAS saya, karena ada hajat umrah tersebut di masa-masa
UAS. Dan alhamdulillah beberapa dosen
saya dapat memajukan matkulnya untuk di uaskan pada saya. Terimakasih para dosen.
Khusus, Bu Halimah, terimakasih juga sudah memudahkan ujian saya haha. Semoga
jodohnya segera didekatkan dan dilekatkan. Hatinya :)
Hari H pun tiba (Rabu, 20/12/17). Sekitar
pukul 02.00 WIB, saya bersiap. Mandi, beres-beres barang dan sholat tahajud.
Berharap dilancarkan umrahnya. Saya pun diantar oleh abi dan umi, menuju Pond.
Pest. Ar-Raudhah di Jl. Lingkar Barat, Sumenep. Shubuh di sana. Setelah itu,
saya beserta Kyai As’adi (direktur Ar-Raudah), Nyai Romlah (istri kyai As’adi),
Pak Fagi (pegawai Kyai As’adi), berdoa bersama sebelum berangkat ke Juanda
Surabaya. Kami berangkat sekitar jam 05.00 WIB menaiki bis menujur Juanda.
Namun, sebelum Juanda, kami masih transit di kediaman Kyai di daerah Rungkut.
Baru habis itu, kami melanjutkan ke Juanda, tiba pukul 12.00 WIB. Kami di
Juanda harus bersabar menunggu lama. Karena keberangkatan pesawat pada pukul
16.00 WIB. Selain itu, kami juga harus menunggu jamaah lain yang berjumlah
sekitar 35 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Dan alhmdulillah, kami pun
pada pukul 15.00 WIB sudah bisa check-in pesawat. Pukul 16.00 WIB, kami berangkat dengan maskapai penerbangan Saudi Airlanes, dari Surabaya menuju
Madinah. Penerbangan berkisar 10 jam untuk sampai di Madinah. Tanpa
transit. Dan pada akhirnya kami pun landing di bandara King Muhammad bin
Abdul Aziz, Madinah, pukul 02.50 WAS.
Hari Pertama di Madinah, Saudi Arabia. (Rabu, 20-12-2017)
Setelah landing, saya bersama jamaah dibawa menaiki bis menuju hotel terdekat dengan Masjid Nabawi.
Hingga saya bersama jamaah tiba dan stay di hotel Manazil Al-Aswaf. Di lantai 8
tepatnya kamar 704. Saya sekamar dengan Kyai As’adi, Pak Fagi, dan Pak Bambang.
Kami pun istirahat sejenak.
Sekitar pukul, 04.50 WAS saya mandi dan
bersiap menuju Masjid Nabawi. Untuk tahajud dan i’tikaf disana. Untungnya jarak
hotel dan masjid, cukup dekat. Saya pun bisa dan pertama kalinya merasakan aura
ibadah di Masjid Nabawi, bersama jamaah sholat dari berbagai belahan dunia
lainnya. Ternyata, shubuh di Saudi, sekitar pukul 05.30 WAS. Kalau di
Indonesia, ya sudah siang yah jam segitu hehe.
![]() |
Masjid Nabawi |
Setelah sholat shubuh dan syuruq di Masjid
Nabawi, saya balik ke hotel untuk sarapan. Sepanjang perjalanan pulang,
banyak toko-toko souvenir ataupun pakaian mulai buka. Karyawan masing-masing
toko pun saling menyapa konsumen yang lewat depan toko-toko mereka. Saya pun
berlalu dan sampai di hotel, lantai M (math’am) untuk sarapan. Sama kok
menunya. Menu Indonesia. Karena pihak travel kami sudah reserve koki
asal Indonesia. Jadi semua menunya khas Indonesia.
Setelah sarapan, saya kembali ke kamar
bersama Pak Fagi. Beliau partner jalan saya selama di Saudi. Tiba di kamar,
Kyai As’adi menyuruh Pak Fagi untuk cari stopkontak di toko terdekat. Karena
colokan listrik di hotel ini beda dengan di Indonesia. Sehingga Pak Fagi pun
ditemani saya mencari stopkontak keluar hotel. Ternyata di samping hotel ada toko, dan kami mendapatkan stopkontak itu seharga 5 riyal. Saya memberanikan diri bercakap bahasa arab dengan si karyawan hotel. Alhamdulillah
saya paham yang ia bicarakan. Karena sebelumnya saya pernah mencoba bercakap
pada salah satu karyawan toko di sepanjang jalan menuju Masjid Nabawi, saya tak
paham yang mereka bicarakan. Karena bahasa arab mereka, bahasa fushah/urdu. Sedangkan
bahasa arab yang dulu saya pelajari adalah bahasa arab literatur/kitab. Bahasa arab
yang terstruktur. Lanjut, pada karyawan yang saya datangi untuk beli stopkontak
ini, saya cukup panjang bercakap. Dia bernama Shilah Nashir dari Yaman da sudah
beristri sejak umur 19 tahun. Sekarang dia sudah berumur 25 tahun. Kami pun
berteman sejak itu.
Ketika dhuhur, saya kembali ke Masjid
Nabawi untuk jamaah. Saya punya target untuk selalu berjamaah lima waktu di
Masjid Nabawi. Karena pula, pahala ibadah di masjid ini, sejumlah 10.000 pahala
daripada ibadah di masjid lain di dunia. Namun, pada waktu ashar, saya tak
dapat jamaah disana. Karena saya tertidur di hotel hingga sore, sehabis pulang
dari dhuhur dari masjid dan makan siang.
Hingga pada malam hari, saya memilih
jalan-jalan sehabis isya’ dan makan malam. Saya berkeliling-keliling sekitar
luar dari dari Masjid Nabawi. Saya kagum akan bangunan-bangunan disini yang menjulang
dan tertib. Saya juga sambil jalan-jalan mencari maktabah untuk beli mushaf
Madinah. Tapi saya tak menemukan.
Hari Kedua di Madinah, Saudi Arabia. (Kamis, 21-12-2017)
Aktifitas
ibadah sama seperti kemarin. Diutamakan sholat lima waktu di Masjid Nabawi.
Sejak 04.50 WAS sudah stand by untuk I’tikaf di Masjid Nabawi. Sholat tahajud dan nunggu waktu shubuh tiba. Namun kali ini saya tidak ambil shaf sholat di
dalam Masjid. Saya pengen ambil shaf pertama dan saya ambil shaf di
luar atau di halaman Masjid Nabawi yang luas. Saya pun dapat shaf pertama.
Ternyata, udaranya sangat dingin. Pertama kira emang di Saudi ini adalah udara
panas karena minimnya rerumputan, namun ternyata suhu ketika sebelum matahari
terbit sungguh sangat dingin, sekitar 14 derajat celcius. Saya sih tetap sholat
seperti biasanya, cuma ya kedinginan banget. Gak terlalu khusyu’ jadinya.
Setelah syuruq, saya kembali ke hotel. Ada keinginan untuk membeli gamis. Selain untuk
pakaian sholat khas arab, ya minimal juga bisa buat nahan dingin. Saya pun
kembali ke hotel untuk sarapan dahulu dan ambil uang di dompet. Habis itu saya
keliling toko-toko untuk beli gamis.
Saya dapati
satu toko untuk cek model gamis. Ini pertama kalinya saya masuk toko pakaian
di Saudi. Saya masuk dan mencoba untuk berkomunikasi pakai bahasa arab.
Ternyata saya tidak paham. Karena bahasanya urdu. Namun dia paham maksud saya.
Saya pun dipasangkan salah satu gamis warna abu-abu. “tabarakallah, antum
jamil. Kamitsli arabiy” katanya si penjual. Saya mengiyakan dan cukup
cocok sih modelnya walau belum sesuai dengan kriteria saya. Namun ada yang aneh
setelah ini. Saya kan tidak tahu bagaimana watak orang arab yang asli. Ternyata
memaksa. Saya tawar dengan mata uang rupiah. Karena kata Abi sendiri, gapapa
bayar pake rupiah. Penjualnya paham. Namun saya dikecoh harganya. Saya tawar
100 ribu rupiah. Tapi mereka mengiyakan. Dan saya ambil duit 100 ribu rupiah,
namun mereka tidak mau. Si penjual-penjual toko itu bilang, “ini arab, mata
uangnya riyal bukan rupiah. 100 riyal bukan 100 rupiah!” pakai bahasa arab.
Saya pun bingung menanangani kesalah pahaman ini. Bodohnya lagi, saya langsung
tanyakan berapa harga rupiah dari 100 riyal. Penjual bilang senilai 400 ribu
rupiah. Dan langsung kubayar 400 ribu rupiah. Karena saya juga takut. Wataknya
belum saya kenal. Dan saya dapati pun gamis tersebut. Lumayan sih kainnya oke.
Tapi harga menipuku -_-.
Lanjut pada saat mendekati dhuhur, saya beserta
jamaah laki-laki persiapan untuk ke Masjid. Tapi ini lebih cepat dari pada hari sebelumnya. Padahal dhuhur masih
kurang 3 jam lagi. Saya tidak tahu ada apa tapi saya ikut saja. Namun sebelum
ke Masjid Nabawi, kami masih mampir bentar di Alquran Exhibition (Museum
Alquran) tepat depan Masjid Nabawi. Didapati dalam museum ini, mushaf-mushaf
Alquran dari zaman Utsman hingga kekinian. Dari yang ditulis dari emas hingga
dicetak seeperti saat ini. Setelah dari museum itu pun kami lanjut ke Babus
Salam, yang mana terdapat makam Rasulullah di dalamnya juga
Raudhah, yang terkenal dengan tempat mustajab berdoa di sana. Kami pun masuk
Babus Salam dan berjalan mendekati makam Rasululullah. Kami tidak diizinkan
berlama-lama di dekatnya. Kami hanya diizinkan untuk mengucapkan Salam pada
Rasul, tanpa membaca surat-surat tertentu layaknya ziarah ke makam-makam wali
di Indonesia. Karena disini mayoritas Wahabi. Dan Wahabi menolak kebiasaan
berdoa da berlama di makam. Setelah itu, kami menuju antrian untuk masuk daerah
Raudhah. Kami mengantri begitu lama. Memang kesabaran harus selalu mode on disini.
Banyak jamaah di seluruh dunia yang disini juga pun rebutan doa di Raudhah.
Siapa toh yang gamau kalo doa dan di istijabah cepet sama Allah? Makanya ramai
hingga antri lama menuju Raudhah. Dan Alhamdulillah, kami sampai di Raudhah,
lalu sholat sunnah dan berdoa berlama di Raudhah. Dari sebelum dhuhur hingga bisa
sholat dhuhur di Raudhah. Alhamdulillah bisa berlama disini, dengan doa-doa
yang dipanjatkan banyak. Semoga doa-doa tersebut diijabah segera, Aamiin :)
![]() |
Maqam Nabi Muhammad |
Setelah sholat
dhuhur, saya pun kembali ke hotel dan mengambil makan siang. Sehabis makan saya
istrahat siang hingga bagun jam 16.00 WAS, gak dapet jamaah ashar di Masjid
Nabawi. Mana pula ditinggal jamaah sekamar lainnya. Hingga tiba waktu maghrib,
saya pun sholat di Masjid Nabawi. Saya tidak mengambil I’tikaf menanti Isya’. Saya pilih jalan-jalan sekitar
luar Masjid Nabawi, masih mencari maktabah atau toko mushaf yang ada mushaf
Madinah nya sekaligus keliling
keliling menikmati malam di arab. Hingga tiba Isya’ saya pun kembali ke Masjid
Nabawi untuk sholat.
Hari
Ketiga di Madinah, Saudi Arabia. (Jum’at, 22-12-2017)
Untuk ibadah
pagi, Alhamdulillah masih istiqomah sama seperti yang kemarin. Namun
pada hari ini jamaah kami punya agenda untuk ziarah ke Masjid Quba pada pukul
sekitar 07.30 WAS.
Sebelum
berangkat ke Quba, kami masih menunggu jamaah lain untuk lengkap menaiki bis
kami. Selama menunggu saya temui teman saya, Shilah Nashir. Saya khawatir habis
dari Quba akan lanjut langsung prepare ke Makkah. Maka saya pun sempatkan untuk main
ke tokonya untuk salaman dan farewell seadanya aja, foto bareng hehe.
Saya temui dan saya katakan kalau saya akan lanjut ke Makkah, mungkin kita
tidak bertemu lagi. Saya ingin foto bareng dan kami pun berfoto bersama. Selain
itu, dia katakan betapa rindunya bila tidak bertemu lagi. Dia pun memberi
kenang-kenangan pada saya berupa syal milik dia dan dia memberi tahu nama
facebooknya. Saya merasakan betapa hangatnya suatu pertemuan yang mana
punya sisi lain, berupa perpisahan. Kami pun berpelukan dan bersalaman. Saya kembali ke bis untuk pergi ke Masjid Quba.
![]() |
Last met with Shilah Nashir from Yaman |
Setiba di Quba,
kami pun lanjut ambil wudhu’ untuk sholat sunnah di Masjid yang dibangun oleh
Rasul pertama kali dalam sejarah Islam. Beberapa riwayat juga mengatakan,
barang siapa sholat atau ibadah di Masjid Quba, maka pahalanya senilai dengan
melakukan umrah. Saya pun sholat dhuha empat rakaat disini. Sehabis sholat,
saya keluar dan kebetulan ada banyak penjual kaki lima di sekitar halaman
Masjid Quba. Saya juga sedang mencari gamis pesenan abi dengan harga yang
murah. Dan saya dapat gamis seharga 50 ribu rupiah. Saya belikan untuk abi
dengan warna putih.
Setelah dari
Masjid Quba, kami melanjutkan perjalanan menuju kebun kurma. Banyak sekali
berbagai macam kurma dijual disini. Saya kira gratis. Eh ternyata hanya taster
saja yang di gratiskan. Saya gak beli kurma. Hanya nyicip aja, dari kurma
shafawi hingga kurma ajwa. Berbeda dengan jamaah lain. Kebanyakan mereka
membeli banyak kurma untuk oleh-oleh ketika pulang ke tanah air.
![]() |
Masjid Quba |
Kurma-kurma pun
sudah diborong oleh jamaah, setelah dari kebun kurma kami melanjutkan perjalanan
segera ke gunung Uhud. Gunung yang memiliki sejarah cukup besar dalam sejarah
Islam. Kami pun tiba di Uhud. Di sini kami dikisahkan beberapa kisah bagaimana
emosionalnya hawa sejarah di sini. Dan kami dibawa ke makam Sayyidina Hamzah.
Yang merupakan salah satu pahlawan sekaligus sahabat Rasul yang menjadi tameng pelindung bagi Rasul ketika perang berkecamuk di sini. Saya pun tarharu dan emosi,
membayangkan bagaimana ikhlas dan kokohnya iman para sahabat untuk berjuang
bersama Rasul :’). ‘
Karena sekarang
hari Jumat, kami segera kembali ke hotel untuk persiapan sholat jumat di
Masjid Nabawi. Sehabis mandi, saya bersama Pak Fagi berangkat ke Masjid.
Ternyata masjid sudah full bagian dalamnya. Kami cukup telat tiba di masjid,
khutbah jumat tengah dimulai. Jadi kami memilih ambil shaf di halaman
masjid. Khutbah kali ini bertemakan seputar peristiwa di Yerussalem Palestina yang tengah di kudeta oleh Israel dan di dukung oleh Amerika.
Khatib terus berkhutbah untuk selalu mendoakan saudara-saudara seiman yang ada
di Palestina. Khutbah cukup lama, namun di khutbah kedua sedikit. Kami pun
melaksanakan sholat jumat di Masjid Nabawi.
Siang, saya
istirahat hingga lagi-lagi bangun sore terlewat sholat ashar berjamaah di
masjid. Hingga waktu maghrib mendekati isya’ saya sedang ngantri untuk mencapai
Raudhah kedua kalinya. Saya sholat isya’ dulu sebelum ke Raudhah. Sehabis isya’
langsung lah saya rebutan antri untuk ke Raudhah. Dan Alhamdulillah saya
mencapai Raudhah cukup cepat dan dapat tempat cukup kondusif tanpa saling sikut
dan sempit-sempitan. Sehabis dari Raudhah, saya kembali ke hotel untuk makan
malam.
Sehabis makan
malam, saya keluar keliling-keliling Madinah untuk mencari mushaf Madinah. Saya
jalan cukup jauh, tanpa tersesat. Karena di daerah sini, sangat rapi dalam
penempatan denah bagunannya. Hingga saya temui gedung besar, saya kira hotel.
Ternyata tertulis di gedung itu, “Rumah Makan Indonesia.” Saya juga kaget kok
bisa ada rumah makan sebesar hotel ini. Tertulis Indonesia pula. Proud lah
buat ownernya. Setelah sekian jauh keliling, akhirnya saya temukan maktabah
tepat belakang Masjid Nabawi dan saya dapat Mushaf Madinah itu beserta tafsir
almuyassir karya Guru Besar Universitas Islam Madinah. Ya walau bukan yang
seperti ini yang saya mau, tapi gak apalah. Cukup nyaman dibaca. Ya walau
harganya 50 riyal (200 ribu rupiah) tak apa. Saya gak berani nawar kalau beli Alquran
wkwk.
Hari
Keempat di Madinah, Saudi Arabia. (Sabtu, 23-12-2017)
Niat hati ingin
berdoa sekali di Raudhah di hari terakhir di Madinah ini, namun sebelum shubuh
mengejar ke Raudhah tidak bisa. Karena saya bangun telat. Saya pun ambil shaf
dekat antrian di Raudhah, walau saya sholat di luar tanpa sajadah tanpa
permadani. Saya merasa kedinginan ketika sholat shubuh. Ketika sholat shubuh
selesai, langsung lah saya bergegas ke antrian masuk Raudhah. Saya dapat posisi antrian paling depan. Saya pikir ini hal bagus, karena bisa langsung masuk
Raudhah dan dapat tempat enak. Eh ternyata tidak. Saya harus beridiri lama
dan diimpit oleh jamaah arab lainnya. Hingga tiba waktu syuruq, antrian pun
dibuka. Saya langsung masuk Raudhah. Namun saya salah ambil tempat. Sehingga
ketika saya sholat sunnah, banyak dari jamaah lain melangkahi bahkan menabrak
badan saya ketika sholat. Tapi saya tetap bersikeras dan berdoa di Raudhah.
Alhamdulillah bisa berdoa sekali lagi disini.
![]() |
Area Raudhah |
Saya pun
kembali ke hotel. Saya mau sarapan di lantai M, namun tidak dapat jatah
sarapan. Karena makanannya sudah habis. Ya saya hanya ambil teh hangat untuk
diseduh di kamar. Ternyata kamar terkunci. Di receptionist pun gak ada
kunci kamarku. Saya bingung, kemana para jamaah. Hingga saya coba cek lantai 7,
lantai dimana kamar-kamarnya di huni oleh jamaah kami. Ketika keluar dari lift,
yah ternyata kyai sedang memandu manasik umrah untuk di Makkah nanti. Saya malu
karena telat. Tapi saya tetap enjoy melanjutkan manasik oleh kyai.
Dhuhur tiba, saya berangkat cukup awal ke Masjid Nabawi. Saya langsung ambil shaf di
luar yang ada permadaninya. Saya bisa I’tikaf cukup lama dan baca
Alquran sekaligus murajaah. Sehabis dhuhur, saya segera balik hotel,
ambil makan siang dan mandi untuk niat umrah ke Makkah. Setelah mandi dan saya pakai
pakaian ihram, saya pun bersama jamaah lain berangkat menaiki bis menuju
Makkah. Good Bye Madinah :’)
Namun sebelum
tiba di Makkah, merupakan syarat umrah yakni berniat umrah dari miqaat
makani atau tempat untuk jatuh niat umrahnya sesuai apa yang Rasul lakukan
dulu. Miqaat makani umrah yang terkenal itu ada Biir Ali, Hudaibiyah,
Ji’ranah dan sebagainya. Namun tiga itu lah yang lumrah para jamaah mulai
menjatuhkan niat umrah. Kami pun tiba waktu ashar dan berniat sekaligus sholat
sunah umrah di Biir Ali. Setelah seluruh jamaah selesai menjatuhkan niat umrah
disini, kami melanjutkan perjalanan ke Makkah. Hingga tiba di Makkah pada
malam hari. Sekitar pukul 23.00 WAS.
Hari
kelima, ada di Makkah Saudi Arabia. (Ahad, 24-12-2017)
![]() |
Ka'bah di Masjidil Haraam |
Masih jam 23.00
an, kami tiba di Makkah dan langsung meletakkan barang-barang di hotel Azka
Al-Yamani. Sekitar jam 00.30 WAS, kami pun berangkat ke Masjidil Haraam untuk
melaksanakan umrah. Walau dini hari begini, kami masih tetap semangat dan tanpa
kantuk. Jarak antara hotel dan Masjidil Haraam cukup jauh ternyata. Gak sedeket
seperti jarak hotel ke Masjid Nabawi di Madinah lalu.
Kami masuk
Masjidil Haraam cukup rumit. Karena beberapa jalan di Masjidil Haraam tengah di
tutup. Biasanya, para jamaah umrah ataupun haji, bila memasuki Masjidil Haraam
untuk thawaf, maka harus melewati gate-gate yang ada di penjuru
sisi Masjidil Haraam. Seperti King Fahd Gate, King Abdullah Gate dan
sebagainya. Namun saat ini, pintu masuk Masjidil Haraam ditutup sebagian.
Karena di sekitar area thawaf sedang dilakukan proyek saluran zam-zam
terbaru. Sehingga, saya bersama para jamaah untuk memasuki Masjidil Haraam
harus melewati area sa’i, lalu lewat area thawaf lantai dua dan
muter mencari tangga menuju area thawaf lantai satu, dekat Ka’bah. Dan
kami pun melaksanakan thawaf bersama.
Namun selama thawaf,
saya sendiri merasa waswas. Karena ramainya para jamaah yang thawaf (walau
gak pernah sepi sih) wudhu’ saya batal karena kaki saya tersentuh dari belakang
oleh jamaah wanita lain. Sehingga di sisa-sisa putaran thawaf selanjutnya, saya terus kepikiran untuk
mengulangi thawaf ini. Lalu bagiamana sa’i? sa’i tanpa ada
wudhu’ ya tak apa. Sah sah saja. Jadi sejak saya dan jamaah selesai thawaf hingga
sa’i hingga selesai tahallul (potong sebagian rambut) sekitar
pukul 02.30 WAS, saya pun ambil wudhu’ lagi ke toilet dan langsung menuju area thawaf
untuk putar mengelilingi ka’bah tanpa bersentuhan dengan lawan jenis. Hingga
selesai thawaf, sa’i, dan tahallul, saya pun Alhamdulillah bisa
menunaikan umrah saya sendiri :)
Setelah
selesai, saya gak langsung kembali ke hotel. Terdetik hati saya untuk
menantikan shubuh pertama di Masjidil Haraam. Karena saya kira waktu shubuh
sekitar kurang 2 jam lagi. Langsung saya ambil shaf dekat dengan ka’bah.
Walau pun saya terkantuk-kantuk saya tunaikan I’tikaf dan sholat sunah tahajud
untuk menantikan waktu shubuh. Dan akhirnya shubuh pun tiba, saya sholat
bersama jamaah lain. Hanya saya yang masih pakaian ihram. Dan udara di sini
cukup hangat, tidak seperti dinginnya hawa di Madinah.
Setelah
menunaikan umrah, saya kembali ke hotel. Untungnya saya masih ingat jalan
untuk kembali ke hotel. Tiba di hotel, saya sarapan dan kemudian langsung
menuju kamar. Kebetulan acara hari ini free. Tidak ada acara ziarah atau
apapun. Jadi para jamaah bisa istirahat seharian setelah menunaikan umrah tadi
malam. Saya pun mandi dulu, dan segera istirahat seharian.
Di sore
harinya, saya ada keinginan untuk mengambil air zamzam ke Masjidil Haram dengan
membawa beberapa botol. Setelah mendapatkan zamzam, saya balik ke hotel.
Sebelum tiba di hotel, ada salah satu jamaah dari travel umrah lain,
masih dari Indonesia, menyapa saya dan minta bantuan untuk mencarikan alamt
hotelnya. Orang ini cukup tua. Sekitar umur kepala empat. Jadi, saya membantunya mencari alamat, toh saya bisa berkomunikasi bahasa arab dengan
warga maupun petugas disini. Namun tak semudah itu mencari alamat hotelnya.
Karena bapak ini pun tak membawa kartu identitas hotelnya. Hanya mengingat nama
hotelnya, hotel Marriot.
Saya segera
menemani bapak ini mencari alamat hotelnya. Beberapa petugas saya tanyakan
letak hotel Marriot tersebut. Untungnya menemui jalan terang dengan jelas
menuju hotel Marriot. Saya pun turut senang kami hampir sampai pada hotel bapak
ini. Hampir tiba depan hotel, bapak ini mengizinkan saya untuk balik ke hotel
saya. Padahal niat saya akan saya antar hingga depan pintu hotel aja. Namun
bapak ini bilang gak usah dan langsung memegangi tangan saya. Ternyata saya
diberi upah berupa uang dengan nominal 10 riyal. Saya menarik tangan saya tapi
sama bapaknya dipaksan untuk ambil uang itu. Ya gimana lagi, saya ambil uang
tersebut sembari mengucap terimakasih dan berlalu pulang. Alhamdulillah saya
hari ini dapat rejeki tak terduga seperti ini. Tak apa walau hanya 10 riyal.
Yang paling berkesan adalah saya sukses menemani bapak tersebut hingga hotelnya
dengan selamat.
Hari
keenam, ada di Makkah Saudi Arabia. (Senin, 25-12-2017)
Inilah hari
kedua di Makkah. Acara hari ini, kita punya acara untuk melaksanakan umrah badal.
Yaitu umrah yang dilaksanakan dengan niat memberi pahala umrah kepada
almarhum/ah. Sekitar jam 07.00 WAS, kami sarapan dan segera ke bis dengan pakaian
ihram. Karena untuk melaksanakan umrah badal kali ini, kami memulai dari
miqat makani dari Ji’ranah. Namun, sebelum itu, kami masih ziarah ke
Jabal Rahmah. Gunung dimana Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu setelah diturunkan
ke bumi dan dipisahkan satu sama lain.
![]() |
Jabal Rahmah |
Sampai di Jabal
Rahmah, kami turun dari bis dan menikmati pemandangan Jabal Rahmah. Para jamaah
tidak menaiki gunung tersebut. Karena kebanyakan para orang tua yang takut akan
curam. Namun saya tidak takut. Saya tertantang untuk naik gunung tersebut
sendiri. Walau berdesak-desakan dan cukup curam. Setelah sampai di atas gunung,
saya menyesal. Karena saya tak dapat pemandangan yang apik. Malah saya di palak
oleh orang arab. Saya di paksa untuk di foto-cetak. Sebelum itu, saya di
pakaikan surban ala arab lalu di foto. Setelah foto itu tercetak dari kameranya,
saya dimintai duit untuk membayarnya. Dia meminta harga 20 riyal. Gak worth lah
buat foto jelek seperti itu. Dia pun memaksa. Katanya dia ingin melihat dompet
saya. Ada berapa pun dalam dompet saya, maka dia ambil. Bukan kah ini
kejahatan? Saya pun memaksa dengan menggunakan bahasa arab juga, bahwa saya
tidak punya uang 20 riyal. Saya hanya punya uang riyal sebanyak 10 riyal
saja. Akhirnya saya pun memberi 5 riyal saja. Dan untungnya dia langsung
menerima dan pergi. Saya segera turun dari gunung ini. Takut terjadi hal
lain wkwkw.
Ketika saya masuk
ke bis, para jamaah lain bermimik emosi. Mungkin marah karena hanya saya yang
tertinggal menaiki bis haha (maaf ya). Setelah saya masuk, bis pun berangkat
untuk menuju Ji’ranah. Dari Ji’ranah kami segera sholat sunah umrah dan
niat umrah badal.
Siang, kami pun
tiba di Masjidil Haraam. Dan kami pun melaksanakan umrah badal. Alahamdulillah lancar. Walaupun kali ini, saya batal wudhu’ ketika melaksanakan
thawaf, saya tetap melanjutkan umrah saya. Karena saya baca suatu petuah
dari ‘allamah/ulama Saudi yang juga sebagai imam besar Masjidil Haraam,
bahwa thawaf bila batal wudhu’nya akibat bersentuhan dengan lawan jenis,
maka dimaafkan. Karena perihal berdesakan yang tidak bisa di hindari. So yah,
lega deh jadinya waswas ku. Semoga diterima sama Allah :)
Hari
ketujuh, ada di Makkah Saudi Arabia. (Selasa, 26-12-2017(
Hari ini ada
acara apa? Tidak jauh beda dari hari kemarin-kemarin kok. Hari ini kita ada
acara bebas. Namun sebagian jamaah lebih memilih untuk melaksanakan umrah
sekali lagi sebelum pulang ke Indonesia. Dan saya pun ikut untuk melaksanakan
umrah yag terakhir edisi ini.
Sekitar pukul
09.00 WAS kami berangkat untuk menjatuhkan niat umrah. Dan kali ini miqat
makani kami dari Hudaibiyah. Sebelum sampai Hudaibiyah, kami masih mampir
di peternakan unta yang juga tersedia susu dan kencing unta. Satu botol seharga
lima riyal. Dan saya pun mumpung membeli satu botol susu unta. Saya ingin
merasakannya. Ternyata, masih enakan susu sapi hahaha. Namun protein yang
dikandung susu unta lebih besar dari susu sapi. Namun saya heran dengan kencing
unta. Saya belum mencobanya dan khasiatnya pun saya belum paham.
![]() |
Setelah dari
peternakan unta, kami masih ada agenda untuk pergi ke Museum Haramain. Yaitu museum
dimana banyak barang-barang sejarah yang menjadi saksi kemajuan di Masjidil
Haraam dan Masjid Nabawi. Barulah sehabis dari museum ini, kami melanjutkan
perjalanan ke Masjidil Haraam untuk melaksanakan umrah. Dan Alhamdulillah,
berjalan lancar. Walaupun saya berangkat sendiri tidak bersama jamaah. Karena gak
enak sama jamaah, pelan banget jalannya. Jadi saya sebagai anak muda ya gerak
lebih cepat, biar cepat selesai gitu.
Hari
kedelapan, ada di Makkah Saudi Arabia. (Rabu, 27-12-2017)
Inilah hari
yang sepertinya dihujan rindu, dirundung piluh, diombak sedih, akan berpisahnya
saya dengan Haramain. Hari ini acara kami adalah pulang ke Indonesia. Seperti biasa
aktifitas sholat, saya laksanakan agar istiqomah di Masjidil Haraam. Sesuai jadwal,
kami akan check out dari hotel Al-Yamani ini pada jam 14.00 WAS. Maka sejak
pagi saya pun segera menyiapkan semua isi koper dan tas saya.
Hingga siang
pun tiba, kami mulai check out dari hotel. Terasa berat hati untuk pergi
dan berpisah. Tapi ya bagaimana lagi, karena sudah habis masa ziarah di Saudi
ini. Tepat jam 14.00 WAS, kami beragkat dengan bis kami menuju bandara
King Umar bin Abdul Aziz di Jeddah.
Sebelum tiba di
Jeddah, kami masih dipersilahkan untuk berbelanja ataupun bagi yang ingin ke
toilet untuk mampir di pertokoan “Murah” sebelum ke Riyadh. Rata-rata tokonya
ada kata “Murah”. Bahkan ada rumah makan disini, tersedia menu khas Indonesia. Seperti
bakso dan mie ayam. Namun saya tidak beli apapun disini. Saya gak suka belanja.
Karena juga barang-barang di Saudi ini toh sama kualitasnya dengan yang ada di
Indonesia. Paling cuma beda harga. Harga di Saudi, mahal amat.
Setelah jamaah
selesai dengan segala urusannya, maka kami melanjutkan perjalanan menuju
Riyadh, namun masih menyempatkan untuk pergi memantau masjid terapung pinggir
pantai. Lalu Masjid Qishash dimana di masjid inilah sanksi bagi pezina maupun pembunuh di
potong lehernya sesuai hukum syariat Islam. Juga kami memantau makam Siti Hawa
di Jeddah. Pertanyaan, mengapa kota ini dinamai kota Jeddah yang artinya nenek?
Karena disinilah makan Siti Hawa berada. Siti hawa adalah nenek atau leluhur
umat manusia. Sehingga kota ini dinamai kota Jeddah.
Setiba di
bandara King Umar bin Abdul Aziz di Jeddah pada pukul sekitar 17.30 WAS, atau
maghrib, kami sholat maghrib plus jama’ isya’. Karena keberangkatan kami dari
Jeddah ke Surabaya juga masih jam 23.00 WAS. Jadi kami ter-menunggu hahaha dari
maghrib hingga jam 23.00 WAS. Malah jadwal keberangkatan delay 2 jam. So
kebayang gimana ter-asingkannya di bandara selama itu. Mana pula dingin hingga
kantuk. Saya sih tidur, tapi tidur di kursi waiting bandara itu kan leher
yang jadi korbannya. Gak nyaman lah walau tidur. Hingga tiba pukul 01.00 WAS
dini hari (kamis), kami pun landing dengan pesawat Saudi Airlanes dari
bandara King Umar bin Abdul Aziz menuju Surabaya. Perjalanan selamat, dan
sekitar maghrib hari kamis (28-12-2017) kami pun tiba di bandara Juanda
Surabaya. Alhamdulillah selamat :)
______
Nah,
apa sih yang di dapat atau kesan serta pesan dari perjalanan spiritual umrah
ini?
Kalau menurut
saya sendiri, ini bukan sekedar perjalanan traveling biasa. Lebih dari
itu, umrah ini adalah bentuk perjalanan yang menunjang spiritual pribadi untuk
yang lebih baik. Selain itu, sebagai sunnah mengikuti ibadah Nabi Muhammad
pada masanya. Hingga dapat di rasakan, bagaimana keras dan ikhlasnya sebuah
perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam pada zaman
dahulu. Okelah, perjalanan umrah saya sangat nyaman karena adanya transport
hingga fasilitas lain. Lalu bagaimana dengan keadaan zaman Rasul saat itu? Adakah
hotel berbintang untuk istirahat dari dinginnya gurun? Atau adakah transportasi
untuk perjalanan dari Makkah ke Madinah? Kadang saya bergumam demikian. Betapa nikmatnya
saat ini sudah dipermudah dalam ibadah. Masih kah bermalasan untuk melaksanakan
perintah-Nya da menjauhi larangan-Nya? Ya Allah, ampunilah dosa-dosa saya dan terimalah
segala ibadah saya :’)
![]() |
One of many wishes for Brigofaizer :) |
____
Nah, demikian
guys cerita atau pengalaman saya selama umrah. Nikmat ini sungguh sangat amat
tak terduga. Karena siapa sangka toh, dari yang cuma Jalan-jalan sehat, malah
diberi nikmat untuk jalan lebih jauh lagi ke Haramain? :) lebih dari ini saya
bersyukur banget dengan itu. Salah satunya saya share pengalaman ini
agar menjadi maklumat dan gambaran bagi yang belum pernah ibadah umrah. Saya
doakan antum sekalian bisa umrah tahun ini hingga tahun-tahun
berikutnya. Dan tak lupa, bila ada hal yang ingin ditanyakan atau komentar kalian, seputar post di atas, kami tunggu di tab komentar di bawah ini :)
Allahumma
sahhil lanaa biziyaarati haramaini asy-syariifaini birahmatikaa yaa arhamar
rahimiin. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Comments
Post a Comment