Skip to main content

Cerita Semalam


Indonesian x Malaysian

Tibalah dipenghujung tahun ini, banyak hal terjadi. Banyak perasaan dikorbankan, banyak harapan diperjuangkan, banyak pengalaman layak untuk diceritakan. Kita bukan lah pembuat skenario atau cerita-cerita ini. Kita hanyalah tokoh yang memainkan peran masing-masing menurut apa yang diarahkan oreh sutradara terbaik dari yang terbaik, yaitu Allah. Protagonis, antagonis, melankolis, dramatis, dan berbagai unsur-unsur cerita lainnya turut mewarnasi cerita. Seperti cerita yang begitu saja tak terasa larut dalam waktu.

“Sudah disiapkan passport-nya Qif?”

“Aman bar.”

Nanti kita berangkat bareng ke Bandara Juanda jam 03.00 WIB, biar gak telat keberangkatan pesawatnya.”

“Okesiap.”

Segala barang perlengkapan tengah disiapkan. Kantuk tiada lengah untuk ditahan. Bertahan hingga waktunya tiba berangkat ke Banda Juanda bersama Albar via Grab-car . Hingga tiba waktunya, kami pun berangkat bersama dari UINSA ke Bandara Juanda untuk melakukan boarding pass dan cek bagasi. Sambil menanti teman kami satu lagi, Mikhla Aulia.

Pukul 04.00 WIB kami pun bertemu Mila. Mila diantar oleh orang tuanya ke bandara sekalian berpamitan dengan orang tuanya. Begitupun kami, turut haru melihat kasih sayang orang tua yang meridhoi anaknya untuk pergi jauh ke Negeri Jiran, Malaysia.

Ketika melakukan cek bagasi, boarding pass semacamnya, kami pun masuk bandara dengan berbagai tahap. Bahkan menjelang keberangkatan, kami sempatkan untuk sholat shubuh sebelum berangkat. Ternyata setelah sholat shubuh, kami dikejar waktu untuk take off pesawat. Nama kami dipanggil oleh petugas imigrasi bahwa bis pengantar kami dari bandara ke pesawat yang akan berangkat. Kami pun berlari menyusuri keamanan imigrasi bandara da alhamdulillah kamit belum telat bis keberangkatan. Akhirnya, kami pun tiba di pesawat dan terbang pada pukul 05.00 WIB menuju Kuala Lumpur Airport. DI peswat kami duduk terpisah. Saya duduk sendiri, sedangkan Albar dan Mila duduk satu deret di pesawat. Kami pun menikmati perjalanan.

Perjalanan pesawat kurang lebih sekitar dua jam kami pun di tiba di Bandara Kuala Lumpur 09.00 waktu setempat. Kami pun menunggu jemputan dari pihak Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) selaku tuan rumah selama kegiatan kami di Malaysia. Sekitar dua jam kami menunggu jemputan bandara Kuala Lumpur. Untungnya, bandara ini memiliki banyak fasilitas perbelanjaan yang menarik untuk dikunjungi.

Jemputan pun tiba, Dr. Ashida dari dari UTHM menjemput kami. Sekaligus kami bertemu dengan peserta kegiatan dari UIN Banten, berjumlah lima orang. Mereka baru saja tiba setelah kedatangan kami di bandara Kuala Lumpur. Mereka adalah, Jaelani, Hasan Munadi, Enong Fauziyah, Fazirotul Wafiya, dan Ayu Maulida. Sehingga kami saling memperkenalkan diri dan mengatahui, delegasi dari Indonesia yang terdiri dari UINSA dan UIN Banten berjumlah delapan orang.

“Sudah lengkap?” tanya Dr. Ashida.

“Sudah bu.” Kami menjawab.

“Ok lepas ini, kita berangkat menuju kampung Mawai di Johor.”  Ujar Dr. Ashida.

“Siap bu.”

Perjalanan kami pun dimulai dari sini. Melangkahkan kaki bersama di daerah yang sama-sama belum dijamah bersama. Sepanjang perjalanan kami dari Kuala Lumpur menuju Johor kami melihat di sekitar dari jendela mobil tentang suasana baru di Malaysia. Kurang lebih kami harus menempuh empat jam perjalanan. Syukur kami tidak mendapati jalanan macet sepanjang perjalanan. Tengahm perjalanan kami pun dipersilahkan untuk sholat dhuhur di rest area sekalian makan siang. Kemudian melanjutkan kembali perjalanan.

“Selamat datang di kampung Mawai, Johor.”

Begitulah kata-kata yang ada mewakili perasaan saya ketika tiba di lokasi. Saya rasa apa yang saya rasakan sama dengan teman-teman yang lain. Kami akan tinggal disini. Bersama masyarakat Mawai. Berharap nyaman dan apa adanya tinggal disini. Kami pun disambut dengan sederhana dan baik. Dipersilahkan untuk memasuki Dewan Raya kampung, kalau di Indonesia bisa kita sebut balai desa. Acara pembukaan kegiatan pun dimulai.

Di Dewan Raya ini kami diperkenalkan mengenai kegiatan kami selama sepuluh hari kedepan di Johor Malaysia. Acara ini bertajuk “Student Inbound Mobility Berkredit Antarabangsa 2019” yang dilaksanakan atas kerjasama UINSA, UIN Banten, dan UTHM. Dalam acara pembukaan ini kami diperkenalkan juga dengan ‘keluarga asuh’ yang mana keluarga ini merupakan keluarga yang mempersilahkan masing-masing kami tinggal di rumah mereka sebagai homestay para peserta kegiatan ini. Saya pun kebagian tinggal di homestay milik Pak cik Misral dan Mak cik Zawiyah dengan teman sekamar saya yaitu Jaelani dari UIN Banten.

Sore pun menjelang larut, acara pembukaan selesai dan ditutup acara makan petang bersama para peserta acara, para keluarga asuh, dosen UTHM, dosen-dosen Uin Banten dan yang lain. Acara pembukaan tadi memang dihadiri rektor dari Uin banten beserta jajarannya. Sedangkan dari kami, delegasi Uinsa tidak didampingi dosen dalam pembukaan ini. Setelah acara selesai, maghrib pun tiba dan masing-masing kami berpencar bersama keluarga asuh masing-masing dibawa ke rumah tinggal menggunakan mobil masing-masing.


Bagan 1 Foto Bersama di Dewan Raya Mawai

Tiba di rumah tinggal, saya dan Jaelani dipersilahkan untuk menempati kamar kami. Ekspektasi saya sebelumnya yakni kamar berukuran kecil, minim fasilitas. Namun berbeda, kamar yang kami tempati sangat nyaman dilengkapi dua kasur, kamar mandi dalam dan lain-lain. Lumayan dan terasa nyaman untuk ditempati.

“Mari makan malam bersama.” Ujar suara mak cik dari luar.

“Siap mak cik.” Ujar kami.

Kami pun santap makan malam bersama mak cik yang kemudian disusul oleh pak cik. Makanan pun lezat dinikmati dibarengi dengan obrolan saling mengenalkan diri antara saya dan Jaelani selaku peserta acara ini dengan pak cik Misral dan mak cik Zawiyah. Pak cik  Misral sendiri ternyata memiliki darah keturunan dari keraton di Kendal  Jawa Tengah. Namun mereka berdua tidak pernah sampai ke Jawa. Hanya saja dapat berbicara sepatah dua kata dalam bahasa Jawa.

Setelah kami santap makan malam bersama, kami pun dipersilahkan untuk istirahat di kamar.yang disediakan untuk kami berdua. Kami pun beristirahat setelah melaksanakan sholat isya, yang mana dalam waktu Malaysia berbeda dengan waktu di Indonesia dengan selisih satu jam. Bila Isya di Indoenesia pukul 19.00 maka di Malaysia pada pukul 20.00. Begitupun perbedaan dengan waktu-waktu yang lain.
_____

Hari kedua, kami pun dikumpulkan kembali dan di bawa ke suatu kampung yang cukup berbeda dengan suasana kampung Mawai. Kalau di kampung Mawai kami mendapatkan suasana yang layak dan perekenomian masyarakatnya bagus, maka di kampung ini berbeda dengannya. Yaitu kampung Orang Asli Sungai Selangi, atau bisa disebut kampung Sg. Selangi. Kami diantara setelah sarapan di rumah asuh masing-masing menuju kampung Sg. Selangi lalu kami di briefing dan berkenalan dengan salah satu dosen UTHM yang mana bertanggung jawab atas setiap kegiatan kami disini. Yaitu Madam Azliana.

“Selamat datang ya di Malaysia, khususnya di kg. Orang Asli Sg. Selangi, disini kalian akan melaksanakan program Khidmat Komuniti Siswa dan Student Inbound Mobility berkredit antarabangsa.perkenalkan saya Azliana, tapi panggil saja saya Puan atau Madam, saya lebih baik panggil saja Madam ya.” Madam pun memulai briefing acara kami pagi ini di salah satu surau (mushola) di kampung.  


Bagan 2 Briefing Pertama Kami di Sg. Selangi

Madam mengenalkan kampung ini mengapa dinamakan kampung Orang Asli Sg. Selangi karena orang-orang asli Malaysia disini dengan jumlsh masyarakat yaitu sembilan puluh sembilan orang, tak lebih tak kurang. Katanya setiap ada yang meninggal juga ada yang lahir, begitupun sebaliknya. Disini lah kampung itu berada. Dengan segala keunikan masyarakatnya, kami akan melakukan kegiatan disini. Kami pun dibagi menjadi empat kelompok terdiri dari dua orang. Dengan pembagian tugas untuk mencari dan mengobservasi tempat yang ditentukan seperti Surau, Balai rawat, Tabika, dan Dewan raya kampung. Salah satunya, saya dengan Fazirotul Wafiya, salah satu peserta dari UIN Banten kebagian untuk observasi apa yang diperlukan dan dibutuhkan di Balai Rawat kampung. Setelah di bagi kelompoknya kami pun berpencar ke tempat masing-masing. Memantau dan membuat laporan terkait tempat masing-masing.

Ketika saya dan Fazirotul Wafiya memantau lokasi Balai Rawat, kami pun saling berkenalan, Saya menanyakan tentangnya yang katanya keturunan orang Madura, apalagi dari kota Sumenep. Ternyata dia anak dari salah satu alumni pesantren di Sumenep, Al-Amien Prenduan, yang saya juga alumni disana. Ayahnya alumni Al-Amien Prenduan asal Aeng Panas Sumenep, lalu menikah dengan wanita dari Banten yang menjadi ibunya. Mereka mempunyai tiga anak yang mana Fazirotul Wafiya sebagai anak pertama dan dua adiknya sekolah di Al-Amien Prenduan. Sambil berkenalan, kami pun tak lupa mengobservasi sekitar. Kami mengukur ukuran papan nama Balai Rawat untuk di buatkan yang baru, kami cek kamar mandi yang masih kotor. Namun sayangnya kami tidak dapat untuk cek keadaan di dalam Balai Rawat yang terkunci.


Bagan 3 Cek Keadaan Balai Rawat

Dua jam berlalu, kami pun kembali ke surau untuk memberi laporan terkait hasil observasi kepada Madam. Masing-masing kelompok saling mejelaskan laporannya, dimulai dari kelompok kami, saya dan Fazirotul Wafiya, melaporkan bahwa butuh pembersih lantai dan sabun untuk membersihkan kamar mandi Balai Rawat, juga diberitahukan ukuran papan nama Balai rawat dengan ukuran sekian. Lalu di lanjutkan laporan dari kelompok lain.

Hari pun berlalu, kami sudahi kegiatan observasi hari ini. Laporan-laporan tersebut akan dikabarkan juga pada para peserta Khidmat Kominiti Siswa yang dari UTHM. Mereka akan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai laporan yang dilaporkan tadi. Kami bersegera balik ke kampung Mawai. Namun sebelum balik, kami berdelapan diminta untuk masuk dalam kepanitiaan untuk mendukung berjalannya acara ini bersama. Saya pun mendapati bagian Teknikal, bertugas untuk berkaiatan hal-hal teknis dan kelengkapan acara. Teman-teman yang lain mendapati bagian masing-masing.

Kami balik ke kampung Mawai. Namun tidak langsung ke rumah asuh masing-masing. Kami diminta untuk menyiapkan seremonial acara penerimaan kedatangan para peserta Khidmat Kominiti Siswa (KKS) yang dari Malaysia. Kami pun menyiapkan dengan seadanya. Karena Madam Azliana pun bilang dalam briefing kegiatan ini, we work what we have. Sehingga kami lakukan dengan sebaik mungkin dengan apa adanya. Tidak menuntut fasilitias yang pun kami tidak memilikinya. Acara penerimaan kedatangan mereka pun dilangsungkan di luar Dewan Raya Mawai. Karena bagain dalam atau aula Dewan Raya ini dikunci.

Sore pun tiba, mereka tiba juga di kampung Mawai. Sejumlah dua puluh sembilan mahasiswa turun dari bis setelah perjalanan dari UTHM yang berada di Batu Pahat, Parit Raja Johor, menuju kampung Mawai. Beberapa dari mereka saya coba berkenalan dan berkomunikasi,

“Hello, nama kau siape?” saya coba sebisanya memakai bahasa Melayu.

“Hmm Malek.” Jawabnya

“Asal darimane awak?” tanyaku lagi.

“Hmmmm” tidak ada jawaban lebih selain respon kurang paham. Lalu ku coba tanyakan dalam bahasa lain, bahasa Inggris.

“Owh my brother, where are you from? Malaysia?”

”Oh iam from Yaman.” Saya baru paham ternyata ini mahasiswa yang sebelumnya kami lihat daftar nama peserta yang salah satunya ada dari luar Malaysia yaitu Yaman. Karena terdengar penggunaan bahasa Inggrisnya juga belum seberapa, maka saya coba berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.

Oh anta min Yaman ya akhi, ana Tsiqqif min Indonesia,” ujarku dengan bahasa Arab.

“Eh fakaifa anta tastati’ bi lughah Arabiah? Aina darosta?” tanyanya heran mengapa saya bisa berbicara bahasa Arab

Darastu fi Indonesia, fi madrasah.” Jawabku.

Masyaallah tabarakallah.”

Kami pun usai saling mengenal melanjutkan pada acara. Para peserta KKS dari UTHM sudah berbaris dan acara pun dimulai. Dibuka dengan doa pembukaan yang dipimpin Jaelani, lalu pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh saya sendiri, kemudian sambutan-sambutan kepala kampung. Di akhir acara, mereka pun dibacakan pembagian tempat tinggal di rumah asuh masing-masing. Ada pun teman sekamar saya dana Jaelani bertambah dua orang dari mereka. Yaitu Haziq dan Kishore.


Bagan 4 Foto Bersama Mahasiswa UTHM

Makan malam kami tambah ramai. Kalau sebelumnya kami hanya berempat, saya, Jaelani, makcik, dan pakcik. Sekarang ada mereka, Haziq dan Kishore, untuk makan malam. Kami makan malam dengan lahap juga kami banyak saling bercerita satu sama lain. Si Haziq dari prodi Teknik Mesin UTHM, sedangkan Kishore dari prodi Teknik Elektro UTHM. Pakcik seperti biasa selalu bercerita banyak hal apapun ketika makan malam.
______

Keesokan harinya, acara utama KKS pun dilaksanakan. Kami semua berada di lokasi, Kg, Sungai Selangi di pagi hari. Kegiatan kami pagi ini hingga siang yaitu melaksanakan hal-hal yang harus dilakukan berdasar hasil observasi yang kami laporan pada hari sebelumnya. Dua puluh sembilan mahasiswa UTHM, tiga mahasisa UINSA, dan lima mahasiswa UIN Sultan Hasanuddin Banten, akan saling berkolaborasi untuk melaksanakan kegiatan ini. Mahasiswa UTHM dipimpin oleh Adriyan Jacob, yang mana sebelumnya kami, saya dan Adriyan berdiskusi bersama untuk pembagian tempat dan peralatan. Namun ketika di lokasi, mahasiswa-mahasiswa UTHM belum dibagi tempat-tempat untuk kegiatan ini. Tempat-tempat tersebut seperti surau, Balai Rawat, dan Tabika. Sehingga sebelum berpencar, kami masih membagi sesuai tempat-tempat tersebut.

Kegiatan berlangsung dengan baik. Di surau kami membersihkan sekitar surau, ngepel lantai surau, kamar mandi surau juga kami bersihkan. Beberapa hal juga disumbangkan untuk surau. Seperti memasang tanda kiblat dan tanda kamar mandi laki dan perempuan. Di Balai Rawat, juga di lakukan menghias pagar Balai Rawat dengan memberi botol bekas unutk dihias dengan warna yang menarik, membersihkan kamar mandi, dan mengganti papan nama Balai Rawat yang sudah usang dengan yang baru. Sedangkan di Tabika, lebih banyak waktu dihabiskan, karena Tabika akan di cat dan dilukis gambar kanak-kanak di bagian tembok luarnya.   


Bagan 5 Cat Warna Dasar Tabika


Bagan 6 Melukis Tembok Tabika

Ketika melaksanakan kegiatan bersih-bersih ini, saya memantau keadaan. Saya pantau surau dan ikut membantu. Selain membantu saya sempatkan untuk saling berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Ternyata diantara mereka ini terdapat dua mahasiswi berasal dari Indonesia. Yaitu Z|ulfa dari Ponorogo dan Annisa dari Riau. Saya pun berkenalan banyak dengan Zulfa yang ternyata dia sebelumnya alumni dari Pond. Pest. Modern Darussalam Gontor cabang putri Mantingan I Ngawi. Saya mengakui memang kalau alumni-alumni Gontor ini banyak bertebaran di luar negeri. Termasuk si Zulfa. Sedangkan Annisa sendiri lulusan SMA Negeri di Riau yang kemudian melanjutkan studi di UTHM Johor Malaysia.


Bagan 7 Salah Satu Kegiatan: Membersihkan Sekitar Surau

Siang pun berlalu, beberapa tempat seperti surau dan Balai Rawat sudah selesai dibersihkan. Kecuali Tabika yang masih dalam proses pengecetan warna dasar. Sehingga untuk teman-teman yang lain diharapakan untuk segera sholat, makan siang dan turut membantu pekerjaan di Tabika.

Berlanjut pada sore hari, diadakan kegiatan sukaneka. Kegiatan ini semacam fun games untuk ajang seru-seruan bersama masyarakat Kg. Orang Asli Sg. Selangi. Kegiatan ini terdiri dari dua permaianan. Bola beracun, permainan seperti bowling dengan menggunakan kelapa sebagai bolanya dan targetnya menggunakan botol-botol minuman yang diisi air. Permainan ini sangat seru dan cukup ramai dimainkan bersama masyarakat. Lalu setelah itu diadakan permainan sepak bola antara kesebelasan KKS melawan kesebelasan Sg. Selangi. Untuk kostum dari kesebelasan KKS memiliki keunikan sendiri. Kami memang tidak memiliki jersey khusus pertandingan ini. Jadi untuk membedakan mana kawan dan lawan makan kami menggunakan luaran sarung dengan pakaian yang kami pakai sewaktu kegiatan tadi. Pertandingan pun sangat seru dengan hasil pertandingan yaitu seri, 5-5. Akhir pertandingan pun diakhiri dengan penalti dan dimenangkan oleh kesebalasan tim Sg. Selangi. Setelah acara sukaneka selesai, kami semua pun kembali pada homestay masing-masing untuk istirahat.

Bagan 8 Pertandingan Sepak Bola UTHM vs Sg. Selangi


Bagan 9 Para Penonton Sepak Bola dari Sg. Selangi

Bagan 10 Foto Bersama Tim KKS dan Sg. Selangi

_____

Keesokannya, tepat pada tanggal tujuh Desember, hari ini agenda kami adalah penutupan dari program KKS dari teman-teman UTHM. Namun kami yang dari Indonesia turut membantu persiapan acara ini. Penutupan ini dilaksanakan di Tabika Sg. Selangi. Sejak pagi kami sudah tiba di lokasi dan masing-masing kami sesuai bagiannya menyiapkan acara sesuai jobdesk nya. Seperti saya menyiapkan hal-hal teknis seperti peralatan seperti mic, sound, proyektor dan lain-lain. Kami menyiapkan sebaik mungkin, hingga gladi resih berkali-kali atas tuntutan dari Madam Azliana yang perfeksionis. Banyak dari kami cukup kesal mendengar komentar dari Madam Azliana. Namun tetap kami bersabar dan menyiapkannya. Acara penutupan ini akan di laksansakan pukul 02.00 waktu Malaysia.

Karena hari ini adalah hari Jumat, maka bagi laki-laki yang muslim diharuskan untuk sholat Jumat di masjid terdekat. Di kampung Sg. Selangi sendiri tidak ada masjid. Sehingga kami diantar ke masjid di kampung lain untuk sholat. Setelah sholat Jumat kami pun kembali ke Tabika untuk menyelesaikan persiapan acara penutupan.

Sebelum acara penutupan ini, sebagi dari kami dengan Madam Azliana juga berdiskusi tentang konsep acara. Rundown acara sudah dibuat namun ada satu hal yang kami usulkan yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dalam rundown acara tersebut terdapat acara menyanyikan lagu nasional Malaysia, Negaraku, lalu dilanjutkan lagu kebangsaan Johor, dan di akhir acara ada menyanyikan lagu mars UTHM. Kami merasa terdapat diskriminasi atas hal ini. Mengapa acara yang kami turut andil dalam persiapan ini namun lagu kebangsaan negara Indonesia sendiri tidak di nyanyikan? Sehingga kami usul kepada Madam Azliana untuk menambahkan dalam rundown acara menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun tidak langsung diterima usulan kami oleh Madam. Menurut Madam urutan menyanyikan lagu-lagu tersebut yaitu setelah lagu Negaraku maka dinyanyikan lagu Negeri atau daerah, seperti lagu kebangsaan Johor. Tidak boleh ada lagu Negaraku dialanjutkan dengan lagu negara lain. Walau pun seperti ini, kami tidak putus asa atas usul kami tersebut. Kami tetap negoisasi kepada Madam Azliana untuk hal ini. Akhirnya diterima, walau menyanyikan lagu Indoensia Raya dapat dinyanyikan ketika akhir acara sebelum menyanyikan lagu mars UTHM. Apadaya kami mengiyakan keputusan ini. Bagi kami yang penting lagu Indonesia Raya dapat dinyanyikan.

Bagan 11 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

Acara pun dilaksanakan. Pukul 02.00 siang tepat para tamu telah memasuki Tabika. Tamu undangan meliputi sebagian warga Kg. Orang Asli Sg, Selangi, pakcik makcik dari kampung Mawai dan sebagian perwakilan dari pegawai-pegawai daerah Johor. Acara penutupan ini dipinpim oleh MC dari temen Indonesia dan Malaysia. Yaitu Mikhla Aulia dari Surabaya dan Hafi dari UTHM. Mereka berduet bersama memimpin jalannya acara sesuai rundown yang disepakati. Hingga di acara menyanyikan lagu Indonesia Raya, teman-teman yang dari Indonesia pun saling merapat barisan agar nyanyiannya keras dan serentak. Karena kami paham jumlah kami hanya seberapa dibandingkan mahasiswa Malaysia. Hal yang sangat menyentuh pada sesi ini. Ketika kami menyanyikan lagu Indonesia Raya banyak dari kami tak kuasa untuk menyanyikan dengan lantang. Bukan karena suara yang tidak bisa lantang. Namun mata kami yang membenam air mata. Saya pun pribadi tidak pernah seperti ini dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya merasa sangat bangga dan rindu akan Indonesia. Merasakan bagaimana bangganya menyanyikan lagu Indonesia Raya di negara lain. Bagi saya sendiri ini merupakan hal yang patut dibanggakan.

Setelah acara penutupan KKS ini selesai, kami pun mulai beres-beres Tabika. Mengatur ulang kembali  barang-barang. Tak lupa kami saling foto bersama kawan-kawan. Juga saya sempatkan foto bersama si Abdul Malik dari Yaman. Untuk teman-teman dari Indonesia juga tak lupa sempatkan foto bersama Madam Azliana. Saya pribadi memang kadang jengkel mendengar komentar dari Madam. Namun saya senang setelahnya bahwa apa yang diajarkan walau gaya mengajarnya seperti itu, justru memberi kesan jera dan baik untuk kami kedepannya. Khususnya dalam  hal disiplin.
Bagan 12 Foto Bersama Setelah Penutupan Acara KKS

Sorenya ketika kami kembali ke Mawai, teman-teman UTHM langsung bersegera mengambil barang-barang di homestay masing dan berkumpul di Dewan Rayang kampung. Mereka akan dijemput bis dari UTHM untuk kembali ke kampus. Acara mereka disini sudah selesai. Kami pun foto bersama dengan tim lengkap. Lalu tak lupa saling bertukar hadiah dari kami pada teman-teman UTHM. Begitu sebaliknya. Mereka pun berpamitan dan momen ini sangat baik untuk persahabatan antar dua negara. Ini bukan akhir pertemuan kami. Karena nanti kami ada kunjungan beberapa hari ke UTHM yang juga akan disambut mereka.

Saya juga teringat ketika lah malam terakhir di homestay bersama teman-teman UTHM. Tepatnya tadi malam. Saya bersama Haziq setelah makan malam, kami sempatkan mengobrol bersama di teras depan rumah. Haziq pun menawarkan rokok pada saya dan kami berbicara banyak hal. Salah satunya tentang rokok itu sendiri. Bagi warga Malaysia, rokok itu sendiri merupakan salah satu bad habit. Kesan negatif masyarakat terhadap perokok masih kental. Bahkan toko-toko sembako atau pinggiran jarang sekali ditemukan menjual rokok. Berbeda dengan kasus yang ada di Indonesia. Di kawasan kampus UTHM sendiri dilarang untuk merokok. Rambut gondrong pun tidak diperbolehkan. Amat sangat berbeda dengan Indonesia yang melegalkan rokok dimana-mana termasuk mahasiswa Indonesia yang juga identik dengan identitas gondrongnya.

Ketika Haziq sudah cukup lelah terlihat, kami cukupkan obrolan malam ini lalu pergi ke kamar untuk istirahat. Terihat Jaelani dan Kishore sudah larut tidur. Di kamar sendiri ada hal yang berkesan bagi saya. Tentang toleransi. Di kamar ini hanya Kishore saja yang beragama Hindu. Saya, Jaelani, dan Haziq beragama Islam. Namun ketika bangun pagi, hanya Kishore yang mesti bangun awal lalu mandi shubuh. Dia pun membangunkan kami untuk sholat shubuh. Saya sendiri merasakan toleransi yang sederhana tapi bermakna disini. Kishore yang seorang Hindu namun selalu bangun dan mandi pagi, saya bepikir disini sebenernya yang Islam siapa sih. Karena kami saja yang Islam sukar bangun shubuh dengan tepat. Berbeda dengan Kishore yang sudah mengamalkan bangun pagi. Kishore selalu membangunkan kami untuk sholat lalu menyiapkan sajadah kami ketika kami ambil wudhu.
_____

Selama dua hari selanjutnya, kerja kami hanya melanjutkan pekerjaan yang belum selesai, yaitu can Tabika. Kami sempat heran, mengapa kami yang melanjutkan. Sedangkan ini termasuk proker dari teman-teman KKS UTHM. Namun dengan sukarela kami tetap melanjutkan proker ini. Kami tuntaskan selama dua hari. Kami cat warna dasar kuning, lalu kami hias dengan gambar kanak-kanak, seperti Doraemon, Upin-Ipin dan lain-lain. Tak lupa di hari terakhir kami menyelesaikan kegiatan ini, tepatnya tanggal sembilan Desember, kami gambar di salah satu sisi Tabika dengan gambar logo kampus UINSA dan UIN Banten. Sore harinya kami izin pamit pada cekgu (guru) Tabika ini dan memohon maaf apabila banyak salah maupun sikap selama disini. Kami juga berharap Tabika ini terus mendukung pendidikan anak-anak Sg. Selangi. Walau kata cekgu sendiri jumlah dari murid di Tabika ini hanya tiga orang. Menurut saya sendiri ini tak apa. Pendidikan harus terus diberikan tidak melihat kuantitas. Karena saya sendiri pernah mengalami hal serupa. Ketika saya lulus Sekolah Dasar (SD) angkatan saya pun hanya berjumlah tiga orang.

Bagan 13 Finishing Cat Tabika dengan Logo

Dilanjutkan pada esok harinya tepat pada pagi hari, kami harus segera berkemas pamit dari kampung Mawai menuju kampus UTHM di daerah Batu Pahat, Parit Raja, Johor. Kejadian lucu pada pagi hari ini pun terjadi. Saya bersama Jaelani masih belum berkemas lengkap. Madam Azliana sudah mengingatkan malam hari sebelumnya bahwa besoknya kita akan berangkat pada pukul setengah delapan pagi. Karena kami memang slow orangnya, ditengah-tengah kami berkemas, saya pun baru selesai mandi dan giliran Jaelani mandi. Tiba-tiba terdengar suara amarah dari Madam Azliana dari luar kamar.

“Tsiqqif, Jaelani, halooo..” suara Madam Azliana menggelegar sambil mengetok pintu kamar kami.
Kami pun panik, apalagi si Jaelani. Dia masih pakai handuk untuk masuk kamar mandi. Daripada tambah membuat amarah Madam, saya buka pintunya dan benar sesuai dugaan. Madam benar-benar marah.

“Sudah tau kan, kita telat ni!”

“Iya Madam, maaf. Kami telat dan ini sudah hampir selesai berkemas.”

“Cepat, saya tunggu di mobil.”

Seketika saya selesaikan kembali barang-barang yang belum dikemas. Jaelani pun begitu mandi dengan secepatnya. Selesai. Kami pun keluar rumah. Sebelum kami dibawa ke Dewan Raya dengan Madam, kami foto bersama pakcik dan makcik. Karena ini sesi terakhir kami di rumah mereka dan di Mawai. Lalu segera kami masuk mobil Madam dan pergi ke Dewan Raya Mawai. Ternyata pakcik dan makcik juga ikut ke Dewan Raya turut melepas kepergian kami.

Bagan 14 Foto Bersama Pak Cik dan MAk Cik

Di Dewan Raya sudah berkumpul semua. Hanya saya dan Jaelani yang telat tiba disini. kami saling salaman dengan makcik-makcik yang lain. Saling berpamitan dan berfoto bersama. Saya pun diberi kesempatan mewakili dari teman-teman untuk memberi kata-kata perpisahan. Bagi kami mereka adalah keluarga kami di Malaysia. Sudah rela menerima kami juga mengizinkan kami tinggal di rumah mereka. Kami meminta maaf atas segala salah dan berterimakasih untuk semuanya sudah menjadi bagian dari proses kami.

Bagan 15 Foto Bersama Terakhir di Mawai

Setelah itu, kami pun berangkat dengan bis mini menuju UTHM. Perjalanan sekitar tiga jam menuju UTHM.
_______

Tiga jam kami di perjalanan, akhirnya tiba di kampus UTHM. Kami begitu terkesan dengan luasnya kampus ini. Dibandingkan kampus sendiri, bukan apa-apa, secara materi ya. Kami pun diantar menuju gedung kolej Kependidikan UTHM untuk bertemu dengan beberapa dosen dari UTHM. Setelah itu kami di bawa ke tempat registrasi kartu mahasiswa untuk di buatkan kartu pelajar UTHM. Katanya kami dibuatkan kartu ini bukan sebagai mahasiswa sah yang kuliah di kampus ini. Namun sebagai identitas bahwa kami akan tinggal di area kampus ini dalam beberapa hari.

Bagan 16 Kami Tiba di UTHM

Tidak butuh waktu lama dalam proses pembuatan kartu mahasiswa ini. Kami pun langsung dibawa ke Kolej Tun Syed Nasir (TSN). Tempat ini merupakan salah satu asrama mahasiswa UTHM yang akan kami tempati beberapa kamarnya. Ketika kami sudah memasuki kamar, ternyata kamarnya cukup layak dan nyaman ditempati. Sederhana. Setiap kamar ada dua kasur dan juga ada kipasnya. Alhamdulillah berfungsi. Saya pun sekamar lagi bersama Jaelani. Hasan Munadi sekamar dengan Abdullah Albar. Kamar kami tidak saling berjauhan. Kami pun memilih beristirahat daripada berkeliling. Karena nanti malam kami ada agenda latihan untuk membawakan penampilan.
Kami wajib menampilkan suatu pertunjukan pada hari terakhir kami di Malaysia sebelum kembali ke Indonesia. Jauh hari sebelumnya Madam Azliana memang sudah menginformasikan pada kami tentang hal tersebut. Untuk penampilan ini diserahkan sepenuhnya pada kami, terserah mau menampilkan apa. Baik puisi, drama, tari tradisional, silat dan lain-lain. Intinya mencerminkan nilai ke-Indonesiaan dalam pertunjukan tersebut. Namun nanti tetap akan dilihat dulu oleh Madam mau menampilkan apa gitu. Setelah kami diskusi bersama, maka akan ditampilkan tari tradisional dari putra dan putri dengan tarian yang berbeda. Untuk putra akan ditampilkan tari Yamko Rambe Yamko. Sedangkan untuk putri akan ditampilkan tari Indang dari Sumatera Barat. Karena dari Madam Azliana sendiri, bagi putri dilarang menampilkan tarian yang menggerakkan seluruh anggota tubuh. Bagi Madam, itu tak elok untuk perempuan. Sehingga diambillah opsi tari Indang yang hanya menggerakkan setengah badan dalam posisi duduk.

Malam pun tiba, selepas makan malam kami menuju tempat latihan. Di daerah gedung lain dari asrama kami. Disana ada panggung untuk kita latihan tampil. Penampilan ini tidak hanya dari kami yang dari Indonesia. Namun atas saran dari Madam Azliana, anggota tari juga dilibatkan dari teman-teman UTHM. Karena kami ketika berdiskusi bersama Madam, ia menanyakaan apa tema dari penampilan ini. Sehingga kami menjawab, tema penampilan ini adalah Unity in Diversity, yang selaras dengan nilai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, anggota dari penampilan ini juga dilibatkan dari berbagai ras negara. Seperti Indonesia, China, India, dan Yaman. Untuk jumlah penari Yamko Rambe Yamko terdiri dari enam orang. Yaitu saya sebagai leader, Hasan Munadi, Khisore, Nehemiah, Shakir, dan David. Untuk penari Indang terdiri dari tujuh orang. Lalu kami menampilkan sesuai yang kami hapal terlebih dahulu sebagai latihan. Seperti biasa, komentar dari Madam Azliana tetap pedas melihat penampilan awal kami ini. Namun tetap kami ambil positif dan terus berlatih saling mendukung dan menyelaraskan gerakan.

Berbeda dengan si Jaelani. Sebelumnya Jaelani ingin menampilkan penampilan solo, yaitu Debus dari Banten. Debus merupakan salah satu kesenian bela diri yang identik dengan ilmu kebalnya. Dibacok, diiris pakai alat tajam pun, tidak akan mengalami luka. Jaelani cukup bisa dalam memainkan Debus ini. Namun ketika dibicarakan dengan Madam, penampilan Debus pun ditolak. Karena menampilkan hal yang berbahaya walau si Jaelani sendiri bisa melakukannya. Sehingga dicarilah opsi lain untuk penampilan solo Jaelani. Dipilihlah gerakan silat Cimande. Jaelani tak cukup pandai dalam hal silat. Namun dia melihat beberapa gerakan dasar di Youtube untuk memperagakannya. Bolehlah Jaelani menampilkan ini.

Malam ini cukup larut kami berlatih dan kami pun kembali ke asrama. Madam Azliana terus mengingatkan kami bahwa tak banyak waktu untuk latihan. Lusa kami akan tampil. Sehingga butuh satu setengah hari bagi kami untuk menyiapkannya.
_____

Besoknya, pagi-pagi setelah sarapan kami dijemput Madam dengan mobilnya. Kami dibawa ke salah satu gedung lebih tepatnya seperti aula kampus. Gedung ini bernama Dewan Sultan Ibrahim (DSI) UTHM. Jarak dari asrama TSN menuju DSI kurang lebih dua kilometer. Disini kami akan tampil. Ketika kami memasuki DSI ternyata luar biasa luasnya. Kalau dibandingkan dengan Sport Center (SC) UINSA buka apa-apa. Kata Madam ribuan penonton akan memenuhi DSI untuk melihat penampilan kami. Seketika kami terkejut.

Bagan 17 Latihan di DSI

Di DSI, kami berlatih lagi. Berlatih terus menerus hingga sore hari. Mencoba menari diatas panggung agar kami tidak demam panggung ketika waktunya tiba. Sinkronisasi gerakan antar satu dengan yang lain belum maksimal. Namun tetap kami berusaha. Hingga sore hari ini disuruh istirahat terlebih dahulu. Kami kembali dengan bis universitas. Karena kalau kami jalan dari DSI menuju TSN itu jauh. Untung bis universitas masih beropresasi pada jamnya. Kami pun menaiki bis tersebut dan melihat sekitar universitas yang cukup luas ini. Untung kami bersama salah satu mahasiswi yang punya aplikasi bis tersebut. Yaitu Chok Ying Yun. Dia seorang china yang kuliah disini. Katanya rute dan dimana bis tersebut beroperasi bisa dipantau di aplikasi tersebut. Akhirnya, tibalah kami di asrama.

Malamnya, kami kembali lagi ke DSI. Kami pergi menuju DSI dengan berjalan. Dipimpin oleh Nehemiah, salah satu penari juga. Cukup jauh kami berjalan. Hingga tiba di DSI, seperti biasa kami latihan lagi. Latihan terus menerus. Karena besok, kami akan tampil. Untungnya kali ini semua penari lengkap untuk latihan. Jadi kami sudah mulai membaik dalam menyelaraskan gerakan sesuai irama. Begitupun yang putri dalam tarian Indangnya juga sudah cukup baik. Sedangkan si Jaelani masih terus latihan simulasi gerakan silatnya. Kami semua sibuk menyiapkan yang terbaik hingga larut malam. Karena larut, kami pun segera kembali ke asrama. Besok pagi harus latihan lagi. Karena acara akan dimulai pukul dua siang.
_____

Hari yang dinanti telah tiba. Tepat pada tanggal dua belas Desember, apa yang kami sudah latih akan ditampilkan. Pagi hari setelah sarapan, kami segera ke DSI untuk memaksimalkan latihan. Di DSI sendiri para panitia acara tengah menyiapkan kondisi teknis dan panggung acara. Acara ini bertajuk penutupan FIESKOM (Fiesta Kokurikulum) 2019. Acara tahunan ini selalu diselenggarakan sebagai salah satu agenda UTHM. Merayakan berbagai pencapaian kokurikulum yang ada di UTHM. Kalau di kampus di Indonesia mungkin setara dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dari berbagai rangkaian acara tersebut, disini lah kami akan menampilkan apa yang menjadi representatif ke-Indonesiaan.

Karena kami sudah berlatih sejak pagi, kami pun sempatkan sholat dhuhur dulu dan menyiapkan aksesoris tari. Berbeda dengan saya dan Jaelani, baju kami tertinggal di asrama. Jadi kami harus kembali dengan sesegera  mungkin ke asrama. Walaupun acara akan dimulai jam dua siang, kami harus sudah siap satu jam sebelum acara.

Kami pun tiba di lokasi kembali setelah tiga puluh menit terlewati. Karena masalah jarak sendiri dari DSI ke asrama TSN yang dua kilometer maka bolak-balik kisaran tiga puluh menit lebih. Saya dan Jaelani langsung bersiap di belakang panggu bertemu yang lainnya. Acara pun dimulai. Dibuka oleh MC dan masih ditampilkan pertunjukan dari unit kegiatan mahasiswa UTHM. Sembari menunggu giliran, kami pun berlatih dengan semaksimal mungkin dengan kostum tarian yang sudah dipakai. Latihan terakhir sebelum tampil di panggung. Kami yakin kami pasti sukses akan penampilan ini.

Bagan 18 Penampilan Tarian Indang

Tibalah giliran kami untuk tampil. Kami semua sama-sama merasakan campur aduk perasaan. Ada perasaan bangga, takut, senang, cemas dan sebagainya. Apalagi ketika kami mengintip sejenak dari balik tirai panggung, sekitar ribuan penonton memenuhi kursi DSI. Pertunjukan kami pun dimulai. Dibuka oleh penampilan Jaelani memperagakan gerakan dasar silat Cimande serta dibarengi drama dengan datangnya musuh yang diperankan oleh David dan Nehemiah. Mereka menyerang Jaelani yang sedang berlatih dan terjadi perlawanan singkat yang dimenangkan oleh Jaelani. Kemudian dilanjutkan penampilan tari Indang dari putri. Mereka memasuki panggung dan langsung dalam posisi duduk. Ketika musik berbunyi mereka pun dengan anggunnya menari sesuari irama. Begitu pun pada penampilan terakhir, yaitu penampilan saya dan teman-teman dalam menampilkan tari Yamko Rambe Yamko. Kami memasuki panggung dan mulai menari ketika musik terdengar. Dengan sebaiknya kami lakukan yang terbaik di panggung. Saya sendiri tetap percaya diri terus bergerak di depan ribuan penonton Malaysia ini. Rasa bangga juga mengalir dalam hati saya. Saya membawa nama Indonesia disini. Hingga mencapai akhir gerakan dari tarian kami, kami pun selesai untuk bagian kami. Kami berbaris. Diikuti teman-teman yang lain juga masuk ke panggung untuk memberi hormat dan terimakasih atas penampilan kami. Kami sangat bahagia mendengar tepuk tangan riuh dari para penonton. Misi kami pun berhasil dan kami pergi ke belakang panggung menuju luar DSI untuk merayakannya dengan foto bersama. Alhamdulillah.

Bagan 19 Foto Bersama Para Penari Tradisional

_______
Usai sudah penutupan acara FIESKOM 2019, usai juga penampilan kami. Sore harinya kami diminta Madam untuk mengikuti salah satu kelasnya. Kebetulan Madam ada sesi ngajar sore ini. Kami pun memasuki kelas ikut berbaur belajar dengan mahasiswa UTHM yang lain. Saya sendiri cukup terkejut dengan kelasnya. Kelas ini berada di area Doghnut Library UTHM. Katanya perpustakaan ini terbesar se Asia Tenggara, mungkin tingkat universitas. Kelas kami ada di lantai satu. Di kelas ini terlihat sederhana untuk masalah peralatan dan kelengkapan alat belajar amat lengkap. Proyektor beserta layar, komputer touchscreen di dinding, sound kanan kiri lengkap dengan amplify-nya, serta warna latar ruangan yang colorful. Ada hal lain juga yang bikin saya kagum. Untuk menghidupkan lampu kelas tidak butuh sakelar. Karena saya melihat salah satu mahasiswa menghidupkan lampu ruangan dengan klik salah satu tombol di komputer touchscreen yang ada di depan. Beginilah yang saya rasakan suatu kualitas wolrdclass university. Teknologi juga menjadi andalan dalam mendukung kualitas belajar.
Baru setelah itu, menjelang maghrib, kami diajak jalan-jalan oleh Madam. Untuk yang cowok naik mobil yang disupiri oleh suami Madam, pak Joko. Pak Joko sendiri dulunya orang Ponorogo yang kemudian merantau ke Malaysia dan menikah dengan Madam. Bahasa Jawanya masih bisa dikomunikasikan. Untuk yang putri menggunakan mobil yang disupiri oleh Madam. Kami diajak berkeliling Batu Pahat dan dibawa ke Ninso. Ninso merupakan kedai atau toko yang menyediakan barang-barang seharga dua ringgit saja. Jadi kami disini beli banya oleh-oleh untuk dibawa ke Indonesia. Tidak hanya di Ninso, tapi kami dibawa ke dua tempat lainnya seperti Arena Warna dan pusat perbelanjaan bunga. Cukup senang kami malam ini. Karena ini malam terakhir kami di Malaysia. Besok saya dan yang dari UINSA harus bersiap balik ke Indonesia.
_________
Pagi hari sekitar pukul setengah delapan, Madam sudah on time menunggu kami depan asrama. Madam akan melepas keberangkatan kami dari UTHM menuju Kuala Lumpur Airport. Kami pun mulai berkumpul bersama Madam. Madam mengucapkan beberapa kata perpisahan sebagai tanda terimakasih dan permohonan maaf dari Madam apabila banyak salah serta sering melukai hati teman-teman. Memang Madam sangat perfeksionis, semua hal dituntut maksimal. Kalau ada kesalahan pun dengan tegas oleh Madam pun diutarakan. Saya sendiri menilai Madam ini sangat baik. Walau cara mengajarnya saja yang perlu kesabaran, namun ini efektif mengenang di hati kami. Apa yang diajarkan semoga selalu menjadi ilmu nafi’ bagi kami semua. Kami pun saling bersalaman dengan Madam. Madam cukup sedih dengan berlinangnya air mata karena melepas kami balik ke Indonesia.
Bagan 20 Saya Bersama Madam
Bagan 21 Perpisahan Bersama Madam
Setelah itu, kami pun pergi menuju Kuala Lumpur Airport. Perjalanan sekitar empat jam. Ketika tiba di bandara kami pun dilepas oleh Dr. Ashida. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ashida dan segenap jajaran yang terlibat dalam proses kami belajar di Malaysia ini. Tak lama, kami pun resmi dilepas disini. Selanjutnya kami hanya perlu on time sesuai jadwal keberangkatan pesawat menuju Indonesia. Sebelum kami berpencar, antara delegasi dari UINSA dan UIN Banten, kami sempatkan untuk foto bersama. Karena kami akan berpisah setelah ini. Mereka ke Banten dan kami ke Surabaya. Namun untuk delegasi UIN Banten, mereka akan pulang dua hari lagi pada tanggal lima belas Desember. Mereka masih menyempatkan diri untuk berkeliling Kuala Lumpur.
Akhirnya, kami berpisah. Saya, Abdullah Albar, dan Mikhla Aulia, pergi bersama masuk ke dalam bandara untuk proses check in dan boarding pass. Keberangkatan kami akan berangkat empat jam lagi. Namun ketika kami masuk bandara, kami cari info ke petugas bandara dan ternyata salah bandara. Pesawat kami bukan berangkat dari Kuala Lumpur Airport 2, namun Kuala Lumpur Airport 1. Seketika kami pun panik lalu menelpon Dr. Ashida bahwa kami salah bandara. Seketika tak lama kemudian salah satu anggota dari Dr. Ashida menjemput kami kembali ke bandara dan langsung diantar menuju Kuala Lumpur Airport 1.

Keberangkatan kami pun tinggal tiga jam lagi. Sebelum itu kami sempatkan untuk makan di bandara. Baru setelah itu kami check in dan boarding pass menuju pesawat. Ternyata dalam proses ini check in dan boarding pass ini cukup rumit dan lama. Petugas imgrasi di bandara ini sangat ketat. Namun setelah itu kami pun sudah masuk pesawat dan berangkat menuju Indonesia. Kami berangkat pukul empat sore dan tiba mendekati isya di bandara Juanda di Sidoarjo. Ketika tiba di Juanda, kami pun pergi bersama menuju Surabaya lalu berpencar. Mikhla Aulia bersama saya menuju terminal Bungurasih. Karena Mikhla Aulia akan dijemput orang tuanya di terminal. Abdullah Albar kembali ke asrama di UINSA. Sedangkan saya langsung mencari bis menuju Madura. Saya memilih untuk melepas rindu di Madura. Karena saya ingin menemui orang tua saya dulu sebelum saya merantau kembali di Surabaya.

Demikian kisah saya bersama teman-teman dalam menjalani program Student Inbound Mobility di Johor Malaysia. Segala cerita unik, pasti memiliki hikmah. Saya sangat bangga menjadi bagian dari proses ini. Harapan lebih untuk saya pribadi adalah terus berproses dan menjadi lebih baik, lebih baik, dan terbaik. Seakan bila diceritakan kembali kisah ini pada siapapun, saya merasakan kisah tersebut baru saja semalam saya alami. Semalam baru saja terjadi dan saya seakan baru pagi ini bersyukur kembali atas pengalaman ini.

Comments

  1. Mantap cung tsiqif.. mamang senyum2 sendiri bacanya, sukses selalu buat kita semua..

    ReplyDelete
  2. Ehh sumpah gue baru baca. Uwu syekali abang tsiqif nii..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada si Cinta di Al-Amien Prenduan :D

Masjid Jami' Al-Amien Prenduan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh! Dalam post kali ini saya bukan bermaksud untuk hanya mengenalkan Al-Amien Prenduan saja. Melainkan saya juga akan mengenalkan bagaimana karakter itu dibentuk dari sistem pendidikan. Ya itung-itung juga ada kaitannya dengan Al-Amien Prenduan. Tempat yang mana pernah penulis singgah beberapa tahun lalu. Karena si cinta ada disini, dan saya menuliskannya :) -Al-Amien Prenduan? kok bisa ada tempat seperti itu? Biar jelas dan pengen tahu sejarahnya sekilas bisa cek  di sini . :) -Kenapa penulis sekolah di Al-Amien Prenduan? Sebenarnya sih awal mula dulu sejak lulus SD, saya gak mau mondok. Ya mau sekolah di luar pada umumnya. Tapi Abi sendiri gak seutuju. Jadi saya pada saat itu ya di kelabuhi Abi yang mana saya diajak jalan-jalan wisata dan pada akhirnya diajak jalan ke Al-Amien Prenduan. Ya mana tahu kalo itu adalah pondok. Saya cuma liat-liat aja, cuek. Tapi lumayan tempatnya, adem. Disamping ...

ANIME & TSIQQIF (IYKWIM)

Rias Gremory Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!   Kali ini belum ada ide mau post apa yah. Yang ada cuma anime. kebetulan aja sih lagi hobi-hobinya berduaan sama anime. makanya saya nulis. Post kali ini saya buat karena ada beberapa pertanyaan dari teman-teman. Mereka menayakan “kenapa kok suka sama Anime?” pokoknya pertanyaan tersebut menjastis saya keheranan kali ya terhadap hobi saya yang Cuma mantengin kartun yaah yang gimana gitu (katanya) ???!!! twit dan dm ig dari teman Oke kita mulai  . . . First: Saya emang suka nonton kartun sejak kecil. Memang namanya aja masa kanak-kanak jelas identik dengan tontonan yang kaitannya dengan kartun. Sehingga menutrsi otak mereka untuk lebih berimajinasi. Dan saya juga gitu dulu. Jelas. Saya inget sekali kartun pertama yaitu Spongebob. Saya juga masih inget di chanel Lativi dulu saya tonton tiap hari noh Sponge-kuning. Setelah itu muncul berbagai kartun lainnya, Jimmy Neutron, BEN 10, Danny Phantom, d...