Setiap hari memang kita tidak jauh dari kebutuhan. Entah itu dinamakan kebutuhan atau keinginan. Namun keduanya sering disama ratakan oleh manusia selaku makhluk produktif maupun konsumtif. Butuh atau ingin? Ini bisa jadi dikotomi hal yang sama-sama dikejar sebagai pemenuhan dari nafsu kita akan sesuatu. ‘Aku ingin begini, aku ingin begitu’ kira-kira salah satu lirik lagu waktu kita kecil kita sering mendengarkannya di opening animasi Doraemon. Ada kata ‘ingin’ disini menunjukkan bahwa manusia menginginkan sesuatu. Memang merupakan hal yang manusiawi ketika manusia menginginkan sesuatu. Artinya dia masih hidup sebagai manusia. Beda sama Malaikat yang tidak menginginkan sesuatu kecuali melaksanakan kewajibannya. Diantara berbagai hal, justru itu yang menjadi perbincangan kita. Apakah yang kita inginkan menjadi hal yang kita butuhkan? Atau apakah kebutuhan itu merupakan hal yang kita inginkan? Memang ribet emang kalau kita kotak-kotakkan keduanya. Seakan kita yang sebelumnya aman-ama
Hiruma x Ueki Mencintai itu tanpa syarat. Memberi itu tanpa pamrih. Mendoakan itu tanpa mendikte. Sekedar prolog saja ya ini. Gak ada gak nyambung sama yang mau ditulis. Tulisan kali ini merupakan hasil analisa pribadi terhadap karya sastra dari Jepang, anime. Di beberapa post blog sebelumnya memang juga ngebicarain tentang anime. Apakah saya wibu? Nggak gituuu. Memang saya suka nonton anime, tapi gak addict banget buat ngikutin style karakter anime di real life. Mungkin dulu pernah ya akut, cuman sekarang seiring bertambahnya umur juga beda pandangan untuk menikmati anime. Untuk jenis blog ini juga jangan dikata blog yang hanya mengulas berbau anime-anime. Disini murni saya tulis apa yang saya mau. Kalau lagi mood sama sesuatu yaudah saya tuliskan. Netijen bebas komentar. Pandemi Corona memang membuat siklus sosial cukup berbeda dari sebelumnya. Beberapa aktifitas perekonomian juga terhambat dan lain sebagainya. Saya sendiri lebih memilih diam di rumah. Belajar? Nggak. P